Happy reading
🥀🥀🥀
"Tapi aku juga ayahnya".Syafila hanya diam, apa yang di katakan Barnes adalah kenyataan yang tidak bisa di tolak.
"Istirihat lah, tidak usah banyak pikiran" ujar Syafila dengan nada ketusnya.
"Tidak mau, jika aku menutup mata kamu pasti meninggalkan saya lagi".
"Saya tidak akan pergi, tidurlah" Syafila memilih mengalah, daripada Barnes tidak mau diam.
"Janji?" tanya Barnes menyakinkan.
"Iya".
Barnes tersenyum, kemudian membenarkan posisinya dan mulai menutup matanya perlahan.
(◍•ᴗ•◍)
"Terimah kasih karena sudah mempercayai kami atas kerja sama ini" ujar Varo sambil bersalaman dengan investor tersebut.
"Tidak masalah. Saya merasa sangat terhormat bisa berkerja sama dengan tuan Varo" ujar investor tersebut.
"Kalau begitu kami permisi dulu"ujarnya kembali bersuara.
"Baiklah, jangan segan untuk mampir kembali" ujar Varo.
"Tentunya, kalau begitu kami permisi dulu".
"Hati-hati di jalan" ucap Varo
Investor tersebut sudah melangkah pergi. Varo melirik jam tangannya, yang sudah menunjukkan pukul 11:49.
"Apa Syafi sudah berada di rumah?" tanya Barnes pada dirinya sendiri.
Ia melangkahkan kakinya keluar menuju area parkiran. Ia mulai memasuki mobilnya kemudian menancap gas meninggal kantornya.
Di perjalanan ia tiba-tiba menghentikan mobilnya, melirik ke arah tokoh. Ia teringat pada Syafila yang sedang hamil dan berniat membelikannya cemilan dan susu hamil, Varo tau jika ibu hamil biasanya akan lebih banyak makan.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam tokoh tersebut, tangan nya menarik satu buah troli, mulai mengitari jejeran cemilan lalu menuju rak yang berisikan berbagai varian susu ibu hamil.
"Varo".
Varo menoleh saat ada yang memanggilnya, ternyata orang itu adalah Damar.
"Tuan Damar" ujar Varo dengan senyum khasnya.
Damar melihat dua kotak susu ibu hamil di dalam troli belanjaan Varo.
"Untuk siapa susu hamil itu, bukankah kamu belum punya istri" ujar Damar dengan sedikit tawanya.
"Ini untuk seseorang" ujar Varo yang ikut terkekeh.
"Spertinya kamu harus segera menikah, sudah cocok untuk menjadi ayah".
"Hahah, tuan Damar bisa saja".
"Tuan, apa saya boleh bertanya?" Varo kembali bersuara.
"Boleh, silakan".
"Kenapa tuan tidak memberikan Syafi kesempatan untuk menjelaskan semuanya?".
Damar seketika terkesiap mendengar pertanyaan Varo. Darimana Varo tau tentang masalahnya dengan Syafila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...