Happy reading
🌺🌺🌺
"Eughh" terdengar suara lenguhan dari bibir Syafila. Syafila mengerjab-ngerjabkan matanya lalu merubah posisinya menjadi seraya memegang tengkuknya yang terasa ngilu.
Syafila menilisik ruangan yang ia tempati sekarang, setelah menyadari itu Syafila membulatkan matanya. Tempat itu adalah tempat dimana yang menjadi saksi kehancurannya.
Ceklek
Suara kenok pintu terbuka mengalihkan perhatian Syafila, disana Barnes sedang tersenyum padanya dengan tangan yang membawah sebuah nampan berisikan makanan. Perlahan Barnes mendekati Syafila tidak lupa untuk mengunci pintu agar Syafila tidak kabur.
"Kamu sudah sadar sayang".
Syafila merasa geli mendengar kata keluar dari mulut Barnes.
"Sekarang kamu makan dulu yah" Barnes sudah duduk di renjannya berhadapan dengan Syafila, ia mulai mengangkat sendoknya bersiap menyuapi Syafila.
"Ayok makan".
Syafila tidak menjawab apapun, ia justru membuang muka ke samping membuat Barnes menghela nafasnya lalu kembali menaruh sendoknya di piring.
"Maaf aku terpaksa melakukan ini, ini semua aku lakukan karena aku tidak mau kamu di miliki orang lain, saya mencintai kamu Fila tolong pahami itu".
Syafila menatap Barnes dengan wajah kesalnya. "Cinta?, Saya tidak melihat cinta di mata kamu yang ada hanya sebuah obsesi dan kamu meminta saya untuk memahami kamu Sedangkan kamu tidak memahami kalau saya membeci laki-laki yang berobsesi tinggi dan tempramental sepertimu".
"Tapi saya benar-benar mencintai kamu Fila".
"Tapi saya tidak mencintai kamu sedikit pun, karena hati saya lebih memilih mencintai kak Varo yang begitu perduli denganku".
Prank
Dengan amarah Barnes membanting nampan beserta piring tadi hinggah pecah berserakan di lantai membuat Syafila terjengkit kaget.
"Saya sudah bilang jangan pernah kamu memuji dia di hadapan saya! Saya tidak suka jika orang yang saya cintai justru memilih orang lain apa kau tidak bisa memahami itu Syafila Alisha!" Tegas Barnes yang kini berdiri seraya menatap tajam ke arah Syafila yang sedang ketakutan.
Ntah kenapa, Syafila tiba-tiba merasa ketakutan dan memeluk kedua lututnya seraya terisak, moment kehancurannya di kamar itu terputar kembali di ingatannya, membuat dia sangat takut melihat amarah Barnes.
"SAYA SUDAH BERUSAHA BERSIKAP LEMBUT, TAPI KAMU JUSTRU MINTA DI KASARI!".
Dada Syafila kembali merasakan sesak, ia mencoba menahan rasa sakit di dadanya. Melihat ketakutan Syafila, Barnes mengusap wajahnya dengan kasar ia menyadari sikapnya yang tempramental justru membuat Syafila takut padanya. Barnes beralih duduk di samping Syafila membawah tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, tidak ada penolakan dari Syafila karena hati dan pikirannya saat ini benar-benar ketakutan dan berharap panglimanya datang menyelamatkan dirinya.
"Maafkan saya maaf...bukan maksud membuat mu takut, tapi saya hanya ingin membuat kamu mengerti".
Barnes mengelus lembut kepala Syafila yang tertutupi hijab, Syafila tidak menyahuti ucapan Barnes karena bibirnya bergetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...