Hadiah untuk Syafila dari Arman

212 9 0
                                    

Happy reading

~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~
🌺🌺🌺

Damar serta Hanah dan Lita pun juga datang untuk melayat. Kini Syafila tidak punya air mata lagi untuk di keluarkan, dari tadi Syafila hanya mematung menatap tubuh kaku Arman. Bagi Syafila ini begitu mengejutkan, luka yang kemarin belum selesai kini ada luka baru lagi yang datang.

Varo senantiasa memperhatikan Syafila dari belakang karena posisinya Syafila berada di tengah-tengah kerumunan orang bersampingan dengan jenazah Arman.

Sekiranya Arman sudah siap untuk di makamkan, beberapa orang termasuk Varo hendak mengangkat jenazah Arman namun di tahan oleh Syafila.

"Kalian mau bawah kakek kemana?" Ntah sadar atau tidak Syafila tidak ingin Arman di bawah.

Varo mendekati Syafila. "Sekarang kita mau kebumikan kakek, kita antar dia ke tempat peristirahatan terakhirnya yah" ujar Varo lembut.

Syafila menggeleng lemah. "Kakek pasti masih hidup kak..." Lirih Syafila.

"Tuan putri dengarkan panglimamu ini yah,  Allah sayang sama kakek makanya di jemput deluan, kalau kakek liat tuan putrinya nangis begini pasti dia akan ikut sedih, jadi kita harus iklas yah".

Hati Syafila meluluh, ia menganggukkan kepalanya.

"Pak silakan di angkat" titah Varo, semua orang pun sudah bersiap-siap menuju TPU. Varo tidak jadi ikut mengangkat jenazah Arman karena ingin menjaga Syafila.

Sesampainya di pemakaman, Syafila berusaha menahan suara tangisannya agar tidak keras mau bagaimana pun ia mencoba untuk tidak menangis tapi matanya tidak bisa di ajak berkeja sama.

Selesai penguburan dan membacakan do'a untuk mendiang Arman, semua orang pun pulang kecuali Syafila dan Varo serta Damar, Hanah, Lita.

Syafila duduk di samping kuburan Arman seraya memeluk papan nisan Arman.

"Ini seperti mimpi...Fila merasa kakek masih ada di samping Fila sekarang hiks...kenapa kek? Kakek pernah bilang akan terus nemenin Fila dalam keadaan apapun, tapi kenapa justru ikut pergi ninggalin Fila juga".

Hanah mendengus. "Emang dasarnya anak sialan, semua orang yang dekat-dekat dengan kamu jadi celaka dan berujung mati".

"Begitulah kehidupan seorang jalang, hanya ada duka" timpal Lita.

Mendengar itu Varo langsung berdiri menatap tajam ke arah Hanah yang sedang memasang wajah angkuhnya.

"Saya fikir anda bisa menyesuaikan mulut anda dengan situasi. Jika kalian hanya datang untuk menghina lebih baik kalian pergi!" Sarkas Varo.

"Kenapa masih membela prempuan kotor itu, dia tidak pantas untuk di bela. Apa yang di katakan ibu saya benar adanya buktinya gara-gara kecerobohannya ia sampai mengorbankan nyawa ibunya sendiri" sarkas Damar.

Syafila begitu tidak perduli dengan semua hinaan-hinaan yang masuk dalam gendang telinganya, ia hanya fokus menatap nisan Arman.

"CUKUP!, Anda sudah keterlaluan. Selama ini saya masih sabar menunggu kesadaran anda, tapi sekarang sudah tidak lagi. Jika sudah tidak ada yang ingin kalian lakukan silakan pulang" tegas Varo.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang