Berpamitan

218 11 3
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀

"Kak Varo apa aku boleh minta sesuatu?" Tanya Syafila di sela-sela sarapan paginya.

"Tentu, apa itu?".

"Hemm, aku mau kerja boleh yah" ujar Syafila pelan.

Mendengar permintaan Syafila, Varo langsung menghentikan makannya kemudian menoleh pada Syafila.

"Kerja?, Apa kamu mau beli sesuatu?, Nanti saya akan transfer ke rekening kamu asal jangan kerja" ujarnya khawatir.

"Ehk ehk, bukan itu. Fila bosan di rumah terus, nggak ada kerjaan lain selain tidur duduk makan dan begitu terus. Fila mau melakukan sesuatu yang bermanfaat".

"Tapi tidak mungkin saya membiarkan kamu kerja dengan keadaan hamil, jika terjadi sesuatu saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri, saya juga takut laki-laki brengsek itu akan menggangu mu".

"In syaa Allah Fila bakalan jaga diri kok, janji deh" ujar Syafila meyakinkan.

Sedikit ragu, tapi Varo juga tidak mau mengekang Syafila. Mau bagaimana pun Syafila juga pasti ingin melakukan sesuatu yang dia inginkan.

"Baiklah. Tapi kamu mau kerja apa?".

"Hehehe belum tau juga, ini cuman minta izin aja" ujar Syafila cengengesan.

"Bagaimana kalau kerja di toko bungaku saja?".

"Kak Varo punya toko bunga?" Tanya Syafila.

"Apa kamu lupa awal kita kenalan dimana?".

Syafila kembali teringat saat dulu Barnes mengejarnya lalu berlari menuju toko bunga hingga ia bertemu dengan Varo yang menjadi awal perkenalan keduanya.

"Jadi itu toko bunga punya Kak Varo?".

"Sebenarnya punya mendiang ibuku, tapi sekarang saya yang melanjutkan bisnis itu. Karena toko itu salah satu kenangan ibuku".

Syafila manggut-manggut mendengar penjelasan Varo. "Emang kak Varo nggak takut kalau misalnya aku kerja disitu terus aku korupsi?" Tanya Syafila.

"Tidak apa-apa, yang penting jangan kamu jual" jawab Varo dengan entengnya membuat Syafila tercengang.

"Horang kaya mah beda yah bund" sindir Syafila membuat Varo terkekeh.

"Emangnya kamu mau berniat korupsi?" Tanya Varo.

"Na'udzubillah, tentu saja tidak. Aku hanya bercanda tadi".

"Saya bertanya juga cuman bercanda".

Andai bukan karena rasa hutang budinya, mungkin Syafila saat ini akan melempar Varo dengan piring.

"Nyebelin" gumam Syafila dalam hati.

"Jangan memaki orang dalam hati, lebih baik jika di katakan langsung".

Lagi-lagi Syafila tercengang. "Benar-benar cenayang".

Varo terkekeh mendengar ucapan Syafila.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang