Happy reading
~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
🌺🌺🌺Sinar matahari menerpa wajah cantik Syafila, hari ini Syafila sedikit lambat bangun dan tidak melakukan sholat subuh karena kedatangan tamu bulanan, inilah penyebab Syafila suka marah-marah pada Varo kemarin.
Syafila menyibakkan selimutnya, melangkah ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama Syafila pun keluar sudah segar dan rapi dengan gamis santai tidak lupa dengan jilbabnya.
Syafila mulai menuruni tangga, matanya tertuju pada Varo yang sedang tidur di sofa dengan mengenakan kokoh putih dan lengkap dengan peci nya, Syafila berfikir Varo ketiduran waktu selesai sholat subuh.
"Kak, kak Varo bangun udah pagi" Syafila mencoba membangunkan Varo yang begitu lelap tertidur.
"Eughh" Varo melenguh, kemudian perlahan membuka matanya hal pertama yang ia lihat adalah wajah Syafila yang begitu tenang membuatnya terdiam.
Syafila yang di lihat seperti itu jadi salah tingkah. "Bangun udah pagi kak".
Varo merubah posisinya menjadi duduk. Syafila melirik ke arah pintu. "Kakek udah pulang kan?" Tanya Syafila penuh harap, namun Varo menggeleng lesuh orang suruhannya pun tidak memberikan kabar sampai sekarang.
"Yaallah...kok kakek belum pulang yah, pasti terjadi sesuatu sama kakek. Kita cari sekarang yah kak".
"Iya, ayok saya juga khawatir".
Keduanya hendak melangkah keluar, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Syafila dan Varo saling berpandangan mereka berfikir itu Arman. Dengan cepat Syafila membuka pintu dengan antusias.
"Kakek..." seruan Syafila terhenti saat yang ada di hadapannya bukanlah Arman melainkan dua polisi serta beberapa petugas ambulans yang berada di belakang mereka.
Melihat kebingungan Syafila, Varo pun ikut keluar dirinya pun terkejut melihat orang-orang yang ada di hadapannya saat ini.
"Apa benar ini rumah dari pak Arman Pangestu?" Tanya salah satu polisi itu, Syafila pun mengangguk.
"I-iya benar" Syafila tampak gugup.
"Maaf, ini ada apa yah?" Varo mengangkat bicara.
"Kedatangan kami disini untuk mengantar mayat pak Arman Pangestu".
Deg.
Seakan jantung Syafila berhenti berdetak, hampir saja Syafila terhuyung ke belakang untuk saja varo menahannya.
"Maksud bapak apa?" Tanya Varo yang begitu terkejut.
"Semalam terjadi kecelakaan mobil di jembatan ***** di duga kecelakaan ini karena pak Arman sedang menyetir dalam keadaan mengantuk dan akhirnya menabrak pembatas jembatan, setelah di periksa ternyata pak Arman sudah meninggal dunia".
"Ng-ngak...nggak mungkin" dada Syafila seakan di hantam batu besar, rasanya begitu sesak. Syafila melirik ke sebuah mayat yang tertutupi kain kafan itu.
"Kak ini semua cuman mimpi kan?" Seakan Syafila menolak fakta, Varo pun tidak bisa apa-apa dirinya pun sama syoknya dengan Syafila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...