Untuk satu hari saja

210 11 2
                                    

Happy reading

🌺🌺🌺

Tidak terasa sudah ada satu minggu kepergian Arman. Hari ini Varo mengambil cuti untuk beberapa waktu ke depan, karena ingin mempersiapkan pernikahannya dengan Syafila. Kini keduanya sedang berada di butik ternama milik teman Varo.

"Gimana kak? Aku cantik kan?" Tanya Syafila yang sedang mencoba baju pertama.

Varo menoleh melihat penampilan Syafila dari ujung kepala hinggah ujung kaki, Varo tampak tidak suka melihat gaunnya. "Jelek, ganti".

"Ohh jelek yah, yaudah tunggu Fila ganti lagi" Syafila kembali ke ruang ganti untuk mencoba baju kedua. Setelah selesai Syafila pun langsung keluar lagi.

"Gimana?" Tanya Syafila seraya memutar-mutar dirinya.

Varo menoleh, Varo terpanah melihat Syafila mengenakan gaun yang tampak elegan dan anggun, kembali Varo tersadar seraya mengucap istighfar.

"Yang ini aja, tolong bungkus yang ini" titah Varo pada salah satu karyawan.

"Baik tuan, silakan menunggu" ujarnya, Syafila pun menuju ruang ganti lalu kembali menenteng gaun itu, memberikannya pada karyawan tadi untuk di bungkus.

"Kak Varo habis ini kita makan yah" ujar Syafila dengan tidak tau malunya.

Varo menatap syafila. "Selain makanan, apa dalam pikiranmu masih ada hal yang lain?".

"Tidak ada" jawab Syafila dengan polosnya membuat Varo mendengus sebal.

"Ini tuan" karyawan tadi memberikan sepasang baju pengantin yang di pilih oleh Syafila dan Varo tadi.

"Makasih yah mbak" ucap Syafila, sedangkan Varo sedang melakukan pembayaran.

"Sama-sama mbak".

Keduanya pun melangkah pergi mencari restoran terdekat untuk makan siang. Sekarang keduanya sudah berada di restoran dengan duduk anteng menyantap makanan siang mereka masing-masing.

Varo merasa tiba-tiba aneh saat tidak mendengar suara cerewet Syafila, Varo pun menatap Syafila yang berada di depannya. Varo menatap bingung ke arah Syafila yang hanya diam melamun dengan tangan mengaduk-aduk makanannya saja.

"Syafi" panggil Varo.

Syafila hanya membalas dengan deheman lalu matanya yang menatap balik Varo.

"Kenapa makananya tidak di makan? Padahal tadi merengek-rengek mau makan ini itu".

Syafila menghela nafas beratnya. "Syafila lagi mikirin soal pernikahan kita kak".

Varo sedikit merasa deg degan saat Syafila mengatakan itu. "Emang kenapa? Jangan bilang kamu mau batalin. Ini tidak lucu Syafi".

"Ihk apa sih, orang belum ngomong juga udah nyerobot aja pembicaraannya" kesal Syafila.

"Yah lalu apa?".

"Fila baru kepikiran, kalau nanti Fila nikah yang jadi walinya Fila siapa? Kan kakek udah meninggal, kalau abi..." Syafila menatap sendu makanannya.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang