Lamar

243 11 0
                                    

Happy reading

~~🌺🌺🌺~~

Syafila dan Varo kini berada di taman kecil milik Syafila yang berada di belakang rumah Varo.

"Syafi..." Syafila menoleh pada Varo.

"Kenapa kak?".

"Saya tidak tau apakah saya sudah pantas atau belum, tapi saya tidak ingin kamu di miliki orang lain" Varo menghentikan sejenak kalimatnya, sedangkan Syafila masih terdiam menunggu kelanjutannya.

Varo merubah posisinya jadi berhadapan dengan Syafila. Ia merogoh kantong celananya mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam, lalu membuka kotak itu.

"Saya ingin kamu menjadi istri saya".

Deg.

Jantung Syafila seketika berpacu kencang, bibir Syafila seakan terkunci.

"Kamu mau kan?" Tanya Varo.

"Ta-tapi kakak serius kan, kak Varo udah yakin sama pilihan kakak?".

Varo mengangguk. "Iya hati saya sepenuhnya yakin, jadi apa kamu mau?".

"Tapi...Fila kan prempuan yang sudah di...." Ucapan Syafila terhenti saat Varo menyuruhnya diam.

"Saya tidak menilai kamu dari situ, tapi dari hati kamu. Mau kan?".

Perlahan Syafila menganggukkan kepalanya membuat Varo mengembangkan senyumnya.

"Kamu serius?" Tanya Varo tak percaya, sedangkan Syafila hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Alhamdulillah yaallah" Varo mengusap wajahnya.

"Sekarang kamu pakai cincin ini sendiri yah, saya tidak bisa bantu pakaikan kan bukan mahrom" ujar Varo.

Syafila langsung mengambil cincin berwarna silver di lengkapi dengan sedikit hiasan berlian kecil, ia memasangkannya pada jari manisnya.

"Udah kak, bagus banget" Syafila memperhatikan dengan kamar cincin yang melekat di jari manisnya.

"Kalau kakek sudah pulang, saya mau langsung membicarakan soal ini ke kakek agar pernikahan kita bisa di percepat" ujar Varo.

"Makasih kak".

"Tidak perlu berterimah kasih, karena memang saya sangat mencintai kamu".

~~🌺🌺🌺~~

Setelah melamar Syafila tadi, Varo langsung menuju kediaman Damar untuk menemui Damar. Mau bagaimana pun Damar juga berhak tau tentang hubungannya dengan Syafila.

"Varo" Varo menoleh pada Damar yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kapan kamu datang?" Tanyanya.

"Baru tadi tuan".

"Sepertinya ada hal yang sangat penting yah?" Tanya Damar.

"Iya, saya kesini mau bicara hal penting".

"Kalau begitu ayok duduk" keduanya pun duduk di sofa, perasaan Varo sedikit gugup.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang