Happy reading
🥀🥀🥀
"Mau beli sesuatu lagi?" Syafila menggeleng.
"Yasudah ayok pulang".
Saat asik berjalan sambil menenteng ice crem nya, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak bahu Syafila.
Brakk
"Astaghfirullah" ucap Syafila, yang hampir jatuh untuk saja varo dengan gesit menangkap tubuh Syafila.
"Kamu tidak apa-apa?" Syafila menggeleng.
"Makanya kalau jalan tuh pake mata!" sarkas prempuan itu.
Syafila begitu mengenal suara itu, ia pun mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya dia, sudah ia duga mereka adalah Lita dan Hanah.
"Ohh ternyata kamu, si perempuan jalang. Opsss" ujar Lita dengan nada mengejeknya.
"Tolong jaga mulut anda!" tegas Varo yang kini menatap tajam Lita.
Lita menegang di depannya setelah melihat siapa yang sedang bersama Syafila. Ia sangat ingat wajah Varo saat ia memarahinya di gedung waktu itu.
"Ohh jadi sekarang dia yang menjadi langgananmu?" Hanah menatap Varo dari ujung kaki hinggah kepala.
"Pintar juga kamu mencari mangsa" ujar Hanah.
"Apa maksud anda?" tanya Varo tidak paham.
"Baru saja di usir sekarang sudah berbuat lagi" ujar Hanah, sedangkan Lita hanya diam.
"Ini nggak sperti apa yang Oma fikir, kita cuman jalan-jalan" jelas Syafila.
"Berapa bayaran yang di kasih oleh laki-laki ini?" tanya Hanah dengan pandangan merendahkannya.
"Cukup!, bayaran apa yang anda maksud!?" tanya Varo dengan nada yang tidak santai.
"Tidak usah berpura-pura tuan, pasti kamu sudah membayar wanita ini untuk menemani mu dalam satu malam".
"Ini uang buat kamu, saya kira itu cukup untuk membiayai kehidupan kamu sampai persalinan nanti" ujar Hanah seraya memberikan satu lembar cek.
"Persalinan?" beo Varo.
"Kenapa?. Apa kau tidak tau kalau wanita ini sedang mengandung anak haram?" ujar Hanah dengan senyum remehnya.
Syafila sudah mulai terisak, kini ia tidak tau lagi apa yang akan terjadi. Mungkin setelah ini Varo juga akan ikut mengusirnya.
"Perempuan ini yang sudah mencoreng nama baik keluarga saya" Hanah hendak melayangkan tamparannya, namun dengan sigap Varo menangkis tangan Hanah sedangkan Syafila kini menunduk ketakutan.
"Singkirkan tangan kotor anda, jangan coba-coba berani menyentuh dia. Bagi kalian prempuan ini tidak punya harga diri, tapi bagi saya dia adalah perempuan terbaik yang pernah saya temui!" tegas Varo dengan mata yang sudah menatap tajam kedua prempuan di depannya itu.
Syafila mengangkat kepalanya, menatap Varo dari samping, ia tertegun mendengar ucapan Varo.
"Tidak heran jika cucunya negatif ahlak karena neneknya sendiri pun tak kalah negatif ahlaknya" sarkas Varo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...