Happy reading
🌼🌼🌼
Sudah ada 3 hari Syafila melakukan rawat inap dan kini sudah bisa di pulangkan. Varo sudah siap-siap untuk kepulangannya bersama Syafila.
"Udah selesai semua kan?" Varo mengangguk.
"Mau pake kursi roda nggak?" tanya Varo.
"Emang nya aku lumpuh, aku masih bisa jalan" ujar Syafila.
"Tapi kuatkan sampai di mobil nanti?" Syafila terkekeh melihat raut wajah Varo yang begitu khawatir.
"Khawatir banget, Fila udah bisa jalan kok serius deh".
"Baiklah kalau begitu, ayok jalannya pelan-pelan saja yah" Syafila tersenyum mendengar penuturan Varo yang begitu hangat dalam hatinya.
Mereka sudah menuju keluar.
"Non Fila" Syafila reflek menoleh ke samping, ia terkejut saat melihat bi Inah yang menghampirinya.
"Akhirnya bisa ketemu non juga disini" ujar bi Inah tidak percaya.
"Bibi kok bisa ada disini, siapa yang sakit?" tanya Syafila.
Sejenak bi Inah terdiam, kemudian membuka suara kembali. "Tuan Damar sedang di rawat disini"
Syafila terkejut mendengarnya.
"Abi sakit apa bi?, sekarang abi dimana?" tanya Syafila dengan nada cemasnya.
"Ayok ikut bibi" Syafila dan Varo mengikuti bi Inah menuju kamar inap Damar.
Sesampainya disana mereka bertiga pun masuk. Syafila menitikkan air matanya melihat Damar yang sedang duduk memandang kosong ke depan dengan tangan yang di pasangi infus.
"Abi" lirih Syafila.
"Syafila" ujar Damar lembut tampa sadar, sesaat kemudian ia tersadar dan kembali memasang wajah datarnya. Jujur, ia pun juga sangat merindukan putrinya, namun kemarahannya masih mendominasi.
"Sedang apa kau disini?, pergi!" Damar menatap nyalang Syafila yang kini sudah berderai air mata.
"Fila mau jenguk abi, Abi kenapa nggak bilang kalau lagi sakit?" Syafila mencoba mendekati Damar yang hanya membuang muka padanya.
"Emang kau siapa sampai aku harus memberitahu mu?".
Kembali rasa sesak Syafila rasakan namun ia tahan, ia berusaha tegar di depan semuanya.
"Aku anaknya ab....".
"Hentikan! jangan coba-coba kau mengakui dirimu sebagai anakku. Aku tidak punya seorang putri lagi" bentaknya.
"Nggak papa kalau memang abi menganggap aku sudah mati, tapi setidaknya akui Fila sebagai anaknya abi".
"Pergi kamu! Uhukk uhukkk" Damar terbatuk karena terlalu keras berteriak.
Dengan sigap Syafila memberikan air pada Damar. Usai memberikannya minum Damar langsung mendorong bahu Syafila hinggah mundur beberapa langkah, untung saja varo dengan sigap menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...