Ketulusan varo

246 8 0
                                    

Happy reading

__🌺__🌺__🌺__

Semenjak kegugurannya Syafila nampak seperti orang linglung, pandangannya terlihat kosong bahkan Varo sudah kehilangan cara untuk menghibur Syafila. Kepergian anaknya begitu berpengaruh terhadap kesehatan mental Syafila.

"Makan dulu yah dari tadi kamu belum makan sama sekali" Varo sudah bersiap-siap menyuapi Syafila, namun Syafila tak kunjung membuka mulutnya matanya terus menatap kosong ke depan.

Varo kembali meletakkan mangkuk bubur itu di atas nakas, tampa sadar Varo menangis melihat Syafila yang sedikit pun tak pernah mau bicara lagi.

"Syafi..." suara Varo sedikit bergetar menahan tangisnya. "Makan dulu yah, atau kamu mau makan apa biar saya belikan" hal yang sama Varo dapatkan, tidak ada jawaban sama sekali.

Varo menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya sambil menangis diam-diam, kembali Varo mengangkat kepalanya mencoba untuk tetap tenang dan kuat demi Syafila.

Varo beralih duduk di pinggir brangkar menghadap Syafila. "Syafi...saya mohon jangan seperti ini setidaknya bicara lah" Varo menunduk mengepal kedua tangannya, ia merindukan Syafila yang cerewet dan bawel.

Varo kembali mengangkat kepalanya, tangannya terangkat memegangi kedua bahu Syafila. "Syafi...ku mohon makan sedikit saja, aku tau kamu terluka atas kepergian malaikat kecil kita aku pun juga sama tapi jangan seperti ini hikss..." Isakan itu berhasil keluar dari bibir Varo.

"Saya mohon...bicara sedikit saja" lirih Varo.

Syafila menatap kedua mata Varo yang sudah memerah, Syafila tersenyum samar sedangkan Varo terus saja mengeluarkan air matanya, ia tidak perduli jika dia dikatakan laki-laki yang cengeng.

"Jangan nangis" ujar Syafila dengan suara pelannya.

"Aku tidak akan menangis asal kamu mau makan, sedikit saja yah" Varo begitu senang saat melihat Syafila menganggukkan kepalanya dengan cepat Varo menghapus air matanya lalu mengambil mangkuk bubur itu kembali dan mulai menyuapi Syafila.

Sudah ada 3 suapan Syafila menggelengkan kepalanya menolak suapan bubur itu lagi.

"Satu kali lagi yah" Syafila kembali membuka mulutnya, Varo begitu senang akhirnya Syafila mau makan walaupun sedikit setidaknya perutnya tidak kosong.

Varo kembali menaruh mangkuk itu di atas nakas dan memberikan Syafila minum.

"Mau tidur?" Tanya Varo.

Syafila menggeleng lemah. "Mau lihat bintang".

"Tapi udara di luar sangat dingin nanti kamu masuk angin".

"Ku mohon".

Varo begitu tidak tega menolak permintaan Syafila, ia pun melangkah keluar dan kembali dengan membawah kursi roda tidak lupa dengan satu suster untuk membantu Syafila.

"Sini saya bantu mbak" suster itu membantu Syafila duduk di atas kursi roda dengan Varo yang setia memegang pegangan kursi roda itu.

"Tolong jangan berlama-lama di luar yah karena angin malam tidak bagus untuk pasien" Varo menganggukkan kepalanya lalu mulai mendorong Syafila keluar menuju taman rumah sakit.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang