Happy reading
~~🌺🌺🌺~~
Varo tersenyum melihat Syafila yang sedang mengerjab-ngerjabkan kedua matanya.
"Selamat pagi tuan putri" ujar Varo antusias membuat Syafila tersenyum tipis.
"Bagaimana, udah mendingan belum?" Tanya Varo.
"Alhamdulillah udah".
"Kamu mau sarapan apa, biar saya belikan?".
"Terserah kak Varo aja".
"Yasudah kalau begitu saya keluar sebentar yah, kamu tunggu" Syafila menganggukkan kepalanya seraya menatap punggung tegas Varo yang sudah menghilang dari ambang pintu.
Ruangan itu hanya di isi keheningan saja, Syafila kembali teringat pada kegugurannya. Syafila mengelus-elus perutnya yang sempat membuncit karena buah hatinya tapi kini sudah mengempes karena buah hatinya sudah memilih jalannya sendiri.
"Kamu capek yah, makanya lebih milih pergi daripada menetap sama mama" Syafila kembali menitikkan air matanya.
"Padahal mama udah bayangin saat kamu lahir nanti mama nyusuin kamu, mandiin kamu, makein kamu baju pasti lucu yah" Syafila tertawa pilu membayangkannya.
"Mama juga berharap penuh bisa besarin kamu, bisa masakin kamu sarapan tiap ke sekolah, tapi kamu malah ninggalin mama. Kenapa? kamu capek yah nak yah selalu dengerin hinaan orang".
Grebb
Syafila terkejut saat ada orang yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, Syafila memberontak namun orang itu malah mengeratkan pelukannya.
"Maafkan aku" lirih Barnes.
Saking dekatnya Syafila dapat merasakan deruan nafas Barnes menerpa wajahnya, dengan cepat Syafila melepas pelukan Barnes lalu mendorongnya.
"Ngapain kamu kesini lagi, belum puas liat aku hancur?" Sarkas Syafila.
Hendak Barnes ingin mendekat Syafila langsung mengangkat tangannya mengisyaratkan agar Barnes menghentikan langkahnya.
"Jangan coba-coba dekati aku, pergi kamu!" Bentak Syafila.
"Maaf, aku mohon maafkan aku" ujar Barnes suara yang sedikit bergetar karena menahan tangis.
"Maaf?, Setelah apa yang semua kamu lakukan, kamu berharap aku memaafkan mu?" Syafila menggeleng tidak habis fikir.
Barnes melangkah maju menarik Syafila dalam pelukannya, Syafila memberontak dan...
Plakk
Satu tamparan berhasil mendarat tepat pada pipi kanan Barnes, Barnes memejamkan matanya ia sadar rasa sakit yang ia dapat sekarang tidak sebanding dengan apa yang Syafila rasakan karena ulahnya.
"Sudah berapa kali aku bilang, JANGAN MENYENTUHKU SESUKA HATIMU!" Bentak Syafila.
"Seorang pembunuh seperti mu tidak pantas mendapatkan maaf!" Syafila turun dari berangkar nya menatap tajam Barnes yang menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS CINTA SANG MUALAF
Teen Fiction"kenapa?". "Kenapa harus aku?, Ini ujian atau siksaan" ujar seorang gadis yang sedang merengkuh dirinya dalam keadaan gelab. "Fila udah capek ya Rabb. Fila pengen pulang, jemput Fila sekarang, Fila kangen umi" air mata sudah mengalir sperti derasnya...