Perlabuan terakhir

577 24 9
                                    

Telah sampailah kita di part terakhir🥺huhu buang ingus dulu prend 🤧

Happy reading

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak terasa sudah ada 2 tahun lebih kepergian Syafila, si perempuan hebat yang mampu membuat tiga pria sekaligus benar-benar merasa kehilangan dan menyesal.

2 tahun 8 bulan bukanlah waktu yang mudah untuk Varo hidup tampa kehadiran Syafila sang istri tercintanya. Setiap pulang kerja ia selalu ke taman belakang, taman yang pernah ia buat untuk Syafila dan juga taman yang menjadi saksi moment dimana ia melamar Syafila.

Terkadang Varo sering ke rumah Arman yang hanya di huni oleh bu Nina dan suaminya, Varo sengaja menyuruh bu Nina dan suaminya menetap dan mengurus rumah itu karena rumah itu banyak kenangan dengannya dan Syafila, setiap kali Varo merasa lelah ia sempatkan mampir ke rumah itu dan memilih tidur di kamar Syafila yang membuatnya merasa tenang. Bahkan siapapun ia larang masuk ke dalam kamar istrinya dan menyentuh barang-barangnya kecuali untuk Bu Nina karena Varo mau kamar Syafila tetap bersih dan rapi.

Tempat itu adalah pelarian bagi Varo saat hatinya merasa gelisah atau lelah karena ada masalah di kantornya, di rumahnya pun lebih banyak tidur di kamar Syafila dulu daripada kamarnya sendiri. Setiap pulang kantor pun ia akan menyempatkan diri untuk mampir ke pemakaman istrinya, selalu meletakkan bunga Daisy di gundukan tanah pemakaman Syafila, dan bahkan saat hatinya merasa gundah ia akan lari ke pemakaman Syafila untuk sekedar curhat seakan Syafila itu nyata di hadapannya dan bukan cuman saat sedih saja ia datang, bahkan saat ia menang proyek atau hal bahagia lainnya ia akan datang berlari menuju makam Syafila bersorak hore seraya memeluk nisan Syafila.

"Assalamualaikum" Varo melangkah masuk ke dalam rumah Syafila.

"Wa'alaikuumussalam, ehk ada den Varo. Den Varo mau makan dulu nggak bibi udah masak tadi" tawar Bu Nina.

"Nanti saja Bu, saya mau ke atas dulu lagi kangen sama istri saya" ujar Varo cengengesan membuat Bu Nina begitu terharu, betapa setianya Varo terhadap istrinya itu.

"Saya ke atas dulu yah Bu".

"Iya den".

Varo berlari ke atas kamar milik Syafila, sesampainya disana Varo membuka pintu dengan pelan seakan tidak ingin mengganggu Syafila yang sedang tertidur meskipun tidak ada siapapun di dalamnya, tapi itulah kebiasaan Varo kalau datang.

"Assalamualaikum istriku" Varo melepas jasnya kemudian membuka kancing kemejanya sedikit, lalu membuang dirinya dengan posisi tengkurap seraya memandangi boneka kucing yang pernah ia belikan untuk Syafila.

"Sayang ku lagi apa hmm?" Varo seakan mengajak Syafila berbicara dengan boneka kucing itu sebagai perantaranya.

Varo menjatuhkan wajahnya tepat pada dada boneka kucing itu. "Kamu tau hari ini mas sangat lelah, terlalu banyak proyek yang harus mas pantau. Coba kamu ada disini pasti mas akan sedikit tenang karena ada kamu".

Varo kembali mengangkat kepalanya menatap wajah kucing itu lalu menciumnya secara bertubi-tubi. "Ihkk gemas mas sama kamu, kamu nakal banget yah sampai bikin mas kayak orang gila gini bicara sama boneka, tapi nggak papa ntar kita bakalan ketemu" Varo tersenyum pilu.

Di ambang pintu sana ada Damar yang menangis tanpa suara yang tentu saja tidak Varo sadari. Damar begitu kasian melihat sikap Varo, dan tidak bisa Damar pungkiri dirinya pun sering seperti Varo, selalu ke kamar Syafila dan memilih tidur disana daripada tidur di kamar sendiri, rasanya begitu adem seperti Syafila yang mempunyai sifat tenang meski dalam keadaan terluka.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang