Gagal

218 8 0
                                    

Happy reading

~~💠💠💠~~


Syafila sudah di pindahkan ke ruang perawatan dengan Varo yang setia menunggu Syafila membuka matanya.

"K-kak Varo...." Syafila mengigau menyebut nama Varo, membuat Varo mendekat kan dirinya pada Syafila.

Perlahan mata Syafila mulai terbuka, Varo tersenyum melihat itu hatinya merasa sangat legah.

"Kak Varo" lirih Syafila dengan suara yang sangat pelan.

"Iya, kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Varo dengan sangat lembut.

"Perut Fila agak nyeri" ujar Syafila.

Rasanya Varo ingin menangis saat Syafila mengelus perutnya, Syafila belum sadar kalau perutnya sudah mengempes.

"Malaikat kecil kita baik-baik aja kan?".

Deg.

Jantung Varo tiba-tiba berdegup kencang, rasanya tidak tega memberi tahu yang sebenarnya.

"Dia...." lidah Varo terasa keluh apalagi saat melihat wajah polos Syafila.

"Kenapa? Malaikat kecil kita baik-baik aja kan?" Tanya Syafila dengan sedikit senyum berharap Varo mengatakan iya.

"Malaikat kecil kita memilih takdirnya sendiri" Syafila mengeryit heran.

"Maksudnya kak....?" Syafila merubah posisinya menjadi duduk, menatap Varo dengan serius.

"Dia sudah meninggal kan kita" Varo langsung menundukkan kepalanya, sedangkan Syafila berkedip tak percaya, air mata Syafila meluruh begitu saja.

"K-kak Varo cuman becanda kan, ini cuman prank kan?" Tanya Syafila tidak percaya.

Varo menatap netra Syafila yang memancarkan harapan, Varo menggeleng pelan. "Saya nggak becanda, dia sudah pergi meninggalkan kita".

Syafila memegangi dadanya yang terasa sesak. "Nggak mungkin....pasti masih ada kan" Syafila mengelus-elus perutnya yang sudah terlihat rata. "Kamu nggak mungkin ninggalin mama kan, kita udah janji bakalan sama-sama terus".

Merasa tidak tahan Varo menarik Syafila ke dalam dekapannya, Syafila memukul-mukul dada bidang Varo menyalurkan rasa sakitnya, ia mengerang sekuatnya.

"Kamu nggak mungkin ninggalin mama, kenapa kamu pergi hikss....kenapa....".

"Jangan seperti ini Syafi, saya merasa sakit melihat kamu seperti ini" Varo mengelus bahu Syafila yang bergetar.

"Malaikat kecil kita pergi ninggalin kita kak hiksss....kenapa? Kenapa semuanya pergi?".

Varo tidak menjawab pertanyaan Syafila lagi, lidahnya begitu keluh rasanya begitu sakit.

Syafila tidak lagi menangis, nafasnya sudah teratur. Dengan pelan Varo memperbaiki posisi tidur Syafila lalu menyelimutinya. Varo mengusap wajahnya dengan kasar ia menangis tampa suara melihat kondisi Syafila yang untuk kesekian kalinya hancur kembali karena kepergian buah hatinya.

Di balik pintu Barnes merosotkan tubuhnya kebawah lantai, ia menangis frustasi atas kenyataan yang ia dengar barusan, ia kehilangan buah hatinya yang harusnya menjadi harapan satu-satunya untuk hidup bersama Syafila, tapi justru pergi meninggalkannya.

"Maaf....maafkan ayah mu yang bodoh ini" Barnes menundukkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir. Vito hanya mampu diam menatap iba tuannya itu.

"Ini semua gara-gara ayahmu yang bodoh ini, harusnya aku tidak melakukan itu" Barnes berdiri seraya memegangi kepalanya frustasi lalu menghantam tembok dengan tangannya.

SETULUS CINTA SANG MUALAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang