10.07.2023
_____________________
Setiap perempuan memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada yang bisa menyamakan antara satu dan lainnya. Berbeda bukan berarti akan terasingi. Setiap orang berhak menjadi versi terbaik dirinya.
Yumna selalu percaya akan hal itu. Dia paling benci saat mendengar orang-orang mencoba membandingkan antara satu dengan yang lainnya. Terlebih jika itu merupakan orang-orang yang dia sayangi. Menurutnya, orang yang menghina kekurangan orang lain itu suatu perbuatan bodoh. Hanya dilakukan oleh orang-orang yang hilang sikap tenggang rasanya.
Seperti hal yang sedang dia hadapi saat ini.
Yumna sedang berjalan ke kantin untuk menemui Rawi. Dia sedikit terlambat ke kantin hari ini karena kembali bermasalah dengan Pak Imam. Dia tadi pagi sengaja keluar dari kelas karena tidak mengerjakan tugasnya. Jadi dari pada dimarahi, dia lebih memilih bolos dan bersantai di bawah pohon yang ada di samping halaman sekolah. Tempat yang sepi di waktu jam belajar. Setelah menulis seperti biasanya, dia baru bisa menyusul ke kantin.
Namun, sebelum sampai di tempat Rawi, Yumna mendengar beberapa siswi kelasnya sedang membicarakan salah satu temannya.
"Aneh sih mereka bisa temenan gitu. Padahal nih ya, si Nuha itu beda banget dari Raya, Zeba sama Yuyum. Ya walaupun Yuyum petakilan, tapi dia cantik. Lah ini, Nuha... Udah badannya besar, jerawatan lagi. Kayak merusak pemandangan."
Yumna menggepalkan tangannya. Apa mereka pikir berada di pojok kantin tidak membuat orang lain bisa mendengarnya? Bagaimana jika Nuha mendengar kata-kata itu, pasti temannya itu akan kembali merasa rendah diri.
"Aneh, sih. Tapi kalo diingat-ingat, Nuha 'kan lumayan pintar. Pasti mereka bisa manfaatin itu. Apalagi si Yuyum."
Yumna tertawa sumbang. Tawa itu bukan hanya tawa kecil, melainkan tawa besar yang mampu membuat para tukang ghibah itu menoleh ke arahnya.
"Udah ngegosipnya? Merasa paling benar jadi manusia, iya?" Tanya Yumna.
Keempat orang yang tadinya tenang kini tampak gusar. Yumna bukan seseorang yang bisa mereka ajak bertengkar. Gadis itu terlalu bar-bar.
"Emang kenapa kalau Nuha beda? Masalah banget buat lo!? Rugi lo karena dia begitu, hah!?" Bentak Yumna.
Dia yang tadinya berdiri tegak kini berjalan menghampiri gadis-gadis itu.
"Jawab dong!! Perasaan tadi menggebu-gebu banget ceritanya."
Gadis-gadis itu terdiam sejenak. Hingga salah satu dari mereka memberanikan diri untuk berdiri.
"Masalah buat lo apa? Mulut juga mulut kami. Nggak usah cari perkara deh Yum. Palingan ujung-ujungnya lo yang salah."
Yumna menatap tajam gadis itu. Dia benar-benar menghilangkan wajah tengil yang biasanya. Kali ini dia benar-benar marah. Apalagi sebelum berangkat tadi dia dibuat kesal oleh seseorang. Maka jangan salahkan dia jika dia akan sangat menggebu-gebu seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...