XLVII. Sepenuhnya

1.5K 160 6
                                    

04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

04.08.2023

__________________________

Suara irisan sayuran terdengar bersahutan di dalam dapur restoran. Begitu pula dengan suara alat penggorengan yang saling terantuk serta bunyi suara yang dihasilkan dari tumisan beberapa jenis hidangan terdengar meriah di dalam dapur.

Brak!

Yumna yang sedang menumis tersentak kaget saat mendengar suara benda jatuh itu. Dia dengan segera menoleh ke arah asal suara. Betapa terkejutnya dia saat melihat tangan seorang pekerja di dapurnya berdarah.

"Ya ampun, Sintia!" Pekik salah satu teman dekat gadis itu.

Yumna dengan segera menghampiri gadis bernama Sintia tersebut sambil mengambil kain bersih yang ada di atas rak. Dengan segera dia membebat tangan berdarah itu dan membawa si gadis keluar dari dapur.

"Kiki, tolong lanjutkan pekerjaan Saya sebentar, ya." Ujar Yumna lalu pergi keluar dengan segera.

Dia membawa Sintia ke arah mobilnya terparkir.

"Chef, pelanggannya gimana?"

Yumna yang baru saja akan menghidupkan mobilnya menoleh ke arah Sintia.

"Saya antar kamu ke rumah sakit dulu. Setelah itu Saya langsung balik lagi." Ujarnya.

Yang terpenting sekarang adalah menangani luka di tangan Sintia yang cukup terbilang parah. Setelah gadis itu ditangani di IGD baru dia akan kembali le restoran.

***

Setelah sampai di rumah sakit yang hanya berjarak tujuh menit dari restoran, Yumna langsung membawa Sintia ke IGD. Setelah itu dia menelepon Nuha untuk mengirimkan orang agar bisa menjaga Sintia. Karena dia akan kembali ke restoran lagi.

"Kak Mishall?"

Yumna yang baru selesai menelpon menoleh ke arah sampingnya. Di sana sudah ada Maira yang berdiri menatapnya.

"Kakak sakit?" Tanyanya.

Yumna menggelengkan kepalanya. "Karyawan restoran aku yang kecelakaan." Jawabnya singkat.

Maira mengangguk pelan. Lalu, dia berdehem kikuk. "Kata Kak Riko, kemarin dia ketemu sama kakak dan Kak Rawi di sini juga. Tapi, karena kalian buru-buru jadi nggak bisa jenguk Papa, ya?" Tanyanya.

Yumna menjadi salah tingkah karena pertanyaan Maira tersebut. Apakah dia terlihat sangat enggan bertemu keluarga ibunya sekarang?

"Nggak apa-apa, Kak. Maira ngerti kok."

Yumna tersentak saat Maira dengan santainya merangkul lengannya. "Kenangan Kakak tentang Maira memang nggak bagus. Tapi, percaya sama Maira kak, kita udah jauh lebih baik beberapa minggu sebelum kecelakaan kakak." Ujar Maira.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang