XLIX. Ajakan Berat yang Ringan

1.2K 130 8
                                    

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07.08.2023
_____________________________

Hari ini, Yumna melangkah keluar dari rumahnya dengan pakaian yang berbeda dari hari biasanya. Karena hari ini dia akan menghadiri pesta pernikahan salah seorang kakak sambungnya yaitu, Riki. Dia sama sekali tidak tahu jika laki-laki itu akan menikah. Sebab ketika bertandang ke rumah dua minggu lalu mereka tidak membahas hal tersebut. Baru seminggu setelah itu dia dan Riko serta ibu Yumna datang untuk mengundang. Meskipun pada akhirnya undangan itu hanya dapat dipenuhi oleh Yumna, sebab ayahnya masih tetap tidak ingin menjalin hubungan baik dengan mantan istrinya.

Dia tersenyum tipis ketika melihat Rawi sudah menunggunya bersama dengan ibu sambungnya.

"Cantiknya anak bunda." Puji Vani pada putri sambungnya yang terlihat anggun dalam balutan dress berwarna lilac dengan hijab warna senada.

"Iya 'kan Rawi?" Lanjut Vani sembari mengulum senyum untuk menggoda laki-laki yang mengatakan padanya jika akan melamar Yumna dalam waktu dekat.

Rawi mengangguk pelan dengan wajah salah tingkah. Karena, ini adalah pertama kalinya dia akan keluar dengan Yumna. Terlebih, mereka akan menghadiri acara resepsi pernikahan.

"Kalian ini kok pada malu-malu sih, bunda jadi gemas lihatnya. Udah sana berangkat, titip salam sama mama kamu ya, sampaikan maaf bunda karena nggak bisa hadir hari ini." Ujar Vani.

"Yumna pamit ya, Bun. Assalamualaikum..."

"Rawi pamit Tante." Timpal Rawi juga.

Vani melihat kedua anak muda itu berlalu ke arah mobil. Beliau menyunggingkan senyuman bahagianya ketika melihat Yumna kini sudah baik-baik saja. Tidak bisa dia bayangkan bagaimana perbandingan gadis itu delapan tahun yang lalu dengan masa sekarang. Meski bukan ibu kandungnya, tetapi dia merasakan sakit yang begitu dalam ketika mendampingi Yumna menghadapi kesakitan yang hampir berada di ambang kematian.

"Sehat-sehat, Nak. Bunda selalu berdoa agar kamu jauh dari mara bahaya. Semoga Allah selalu melindungi kamu dimana pun kamu berada." Gumam Vani yang mengamati mobil Rawi hingga hilang dari pandangannya.

***

"Yum..."

Kepala Yumna sontak menoleh ke arah Rawi yang memanggilnya. "Ada apa?" Tanyanya.

"Ada yang mau aku jelasin sama kamu."

Kening Yumna mengerut mendengar ucapan Rawi.

"Tentang apa?"

Rawi menoleh sejenak ke arah Yumna untuk tersenyum tipis. Lalu pandangannya kembali ke arah depan. "Sesuatu yang cukup penting. Tapi, nanti ya. Waktu kita pulang dari acara Kak Riki."

"Nggak bisa sekarang? Aku udah terlanjur penasaran."

Rawi terkekeh geli. "Sabar. Ceritanya akan panjang nanti. Makanya perlu waktu lama."

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang