XLIII. Peringatan

1.5K 158 7
                                    

30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30.07.2023

_____________________________

"Assalamualaikum Pak Imam. Yumna Mishall Reifansyah kembali lagi. Kali ini maafkan Yumna ya, Pak. Karena Yumna sengaja membuat masalah agar bisa menulis di kertas ini. Bapak penasaran tidak kenapa Yumna menjadi manis seperti ini? Yumna jawab saja ya Pak. Bapak pasti penasaran bukan?
Yumna seperti ini dikarenakan Yumna sedang bersedih. Soalnya, bunga Yumna yang baru mekar belum lama ini mulai layu, Pak.
Ngomong-ngomong, ternyata menulis bahasa baku susah ya, Pak? Yumna kembali ke mode awal saja, ya.
Bapak Imam, murid kesayangan Bapak ini lagi sedih. Soalnya My Prince Rawi ternyata main taruhan sama teman-temannya. Itu artinya dia nggak sungguh-sungguh, kan? Padahal Yumna beneran cinta sama dia. Ya, meski awalnya cuma iseng sih. Tapi 'kan akhirnya cinta. Apa My Prince Rawi juga bisa kayak Yumna ya, Pak? Mungkin nggak kalau murid kesayangan sekolah kita itu bisa cinta beneran sama Yumna? Semoga ya, Pak. Doakan Yumna berhasil membuat Rawi jatuh hati.
Sudah dulu ya Pak Imam. Kertasnya sudah penuh. Nanti Yumna bikin masalah lagi. Wassalam."

Pertama kali membaca surat itu Rawi merasakan sakit di hatinya. Dia merasa amat sangat menyesal Yumna mengetahui awal perjalanan kisah mereka. Namun, saat sekarang dia membaca kembali tulisan itu, bibirnya malah tersenyum membaca baris demi baris kekonyolan Yumna.

"Kamu hebat, Yum. Udah tau tapi pura-pura nggak tau. Tetap aja kamu gigih mendapatkan hati aku. Apa aku bisa sehebat kamu dalam menjaga hati? Meski ditolak masih mampu bergerak lagi?"

Rawi tersenyum tipis. Dia meletakkan kertas itu ke dalam kotak kembali. Setelah itu dia bergegas keluar dari kamar untuk berangkat ke kantor.

Sesampainya di ruang makan, dia kejutkan dengan kehadiran seseorang yang tidak dia duga.

"Awi, sini. Nada hari ini kebetulan jemput Bunda untuk ke arisan Bu Nina."

Rawi terdiam di tempatnya. Dia sangat hafal keadaan seperti ini. Ibunya pasti sedang memberikan dirinya ultimatum karena tidak kunjung membawa calon istri ke rumah.

"Awi buru-buru, Bunda. Boleh bekalkan sarapan aja?" Pinta Rawi yang jelas sedang mencari cara untuk kabur. Dia tidak mau terlibat dengan perempuan yang sudah jelas tidak akan dia izinkan masuk ke dalam kehidupannya.

"Kamu serius? Apa pekerjaan itu sangat penting sampai harus melewatkan sarapan?" Tanya ibunya.

"Penting, Bun. Kalau telat, takutnya klien yang mau kerja sama malah nggak yakin sama kinerja kami." Dalam hati Rawi merutuki dirinya yang mulai pintar berbohong pada ibunya sendiri. Mana ada mitra yang sedang ingin bekerja sama. Dia hanya mencari alasan agar bisa segera pergi dari sini.

"Kalau gitu, kamu antar Nada ke rumahnya aja. Soalnya Bunda kayaknya tunggu Tante Sinta dulu deh. Kasian kalau dia kelamaan nunggu."

Rawi diam-diam menghela napasnya. Dia tau jika ibunya sedang mengada-ada. Dia menoleh ke arah Nada yang tampak kalem di tempatnya. Padahal dia tau jika perempuan itu sangat suka pesta malam. Kemana larinya riasan tebal yang biasa dipakainya itu.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang