XXXIII. Satu Langkah Lagi

2.6K 229 10
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22.07.2023

_________________________

"Hari ini aku masuk ke ruangan ini lagi. Kali ini aku bikin Pak Imam kesal karena kedapatan bolos mata pelajaran Kimia. Seperti biasa, aku diminta menulis surat permintaan maaf. Tetapi, aku tidak tau harus menulis apa lagi. Karena sudah terlalu banyak hal yang aku tulis di lembaran-lembaran sebelumnya. Jadi, hari ini biarkan aku curhat saja.
Suatu hari, apabila Pak Imam nyatanya membaca tumpukan tebal permintaan maafku ini, aku ingin mengatakan jika aku tidak pernah menyesal melakukan semua kesenangan ini. Aku hanya ingin menjalani hidup dengan gembira. Aku rasa, aku harus melakukannya selagi aku masih bisa waras. Karena, terkadang aku takut jika suatu hari aku akan menjadi orang hilang akal. Soalnya tuh, kadang-kadang aku bisa memikirkan hal-hal aneh. Aneh deh pokoknya.
Dulu, hampir saja aku menggores tanganku dengan pisau kecil milik Zeba yang terjatuh. Tetapi, itu semua tidak terjadi karena seseorang yang lewat di depanku dengan menatapku aneh. Seolah, apa yang sedang aku lakukan adalah hal bodoh. Dari sejak itu, aku malah jadi suka sama dia.
Itu dulu ya, Pak. Nanti Yuyum bikin ulah lagi biar ceritanya bersambung."

Rawi menatap nanar lembaran yang terlihat mulai usang di depannya ini. Kertas-kertas tersebut dia dapatkan dari Pak Imam di hari wisuda SMA delapan tahun yang lalu.

Saat itu, Pak Imam menghampirinya dan memberikan satu buah map besar untuknya. Beliau mengatakan jika di dalam map tersebut ada sebuah rangkaian cerita yang harus dia baca.

"Bapak baru membersihkan semua data milik kelas 12. Saat membaca surat-surat pernyataan maaf Yumna selama membuat onar, Bapak melihat setengah isinya adalah tentang kamu. Jadi, sepertinya kamu harus membaca ini."

Itu adalah penjelasan dari Pak Imam padanya dulu. Awalnya dia menyimpan map tersebut di kamarnya tanpa ingin melihat isinya. Karena bagi Rawi, Yumna yang sudah pergi hanya akan menjadi kenangan. Meski saat mengetahui kenyataan itu dia sempat merasa menyesal sebab belum menuntaskan percakapan mereka saat di taman dulu.

Rawi mulai membukanya pada saat setahun setelah Yumna menghilang. Tepatnya saat dia sedang libur kuliah dan pulang ke rumahnya. Hari ini, sepertinya adalah kali ketiga dia kembali membaca ulang lembaran-lembaran tersebut setelah tahun lalu.

"Aku hanya melirik seorang gadis aneh yang sedang memainkan pisau kecil di tangannya. Tapi, ternyata itu berpengaruh besar untuk hidup aku." Gumam Rawi dengan senyuman gelinya.

"Sekarang kamu kembali, entah untuk menetap atau kembali pergi." Gumam Rawi lagi.

Dia melipat kertas yang sudah dibacanya ke dalam sebuah kotak. Lalu setelah itu dia keluar dari kamar. Hari ini dia akan menemui kedua sahabatnya di sebuah restoran baru milik Nuha. Gadis yang cukup pintar dimasa sekolah dan menyelesaikan pendidikannya di jurusan Ilmu Gizi itu memutuskan untuk membuka restoran tiga tahun yang lalu dan kini mulai berkembang hingga dia menambah satu restoran baru, tempat yang akan dia datangi saat ini.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang