II. Pangerannya Yuyum

2.3K 185 5
                                    

03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03.07.2022

___________________

Badan tinggi, postur tegap, kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir merah yang terlihat mempesona. Siapa yang tidak tertarik dengan laki-laki berperawakan nyaris sempurna seperti itu. Ditambah dengan nilai akademis yang lebih dari cukup dari ketampanannya, maka lengkaplah sudah julukannya sebagai idola sekolah tersemat pada Rawi.

Semua murid perempuan, baik itu secara diam-diam atau terang-terangan pasti pernah menyimpan rasa suka padanya. Mau itu hanya sekedar suka melihat, suka kepintarannya atau bahkan tergila-gila. Contohnya seperti sang ratu pembuat masalah nomor terdepan di sekolah Permata Pertama ini. Siapa lagi kalau bukan Yumna Mishall Reifansyah.

"Yum, mie nya udah sebesar jempol tuh. Makan dulu... ntar puas-puasin lagi liat Rawi nya." Yumna melirik kesal ke arah Raya yang mengganggu saat dia sedang menikmati memandang wajah tampan Rawi di kantin.

"Ish! Ganggu deh. Ntar lagi aja aku makannya. Orang aku sengaja kok biar mie nya tambah banyak."

"Stupid!"

"Baka!"

"Pabo!"

Ujar Nuha, Raya dan Zeba dengan serentak ke arah Yumna. Sementara yang diteriaki sama sekali tidak ambil pusing meski hanya untuk sekedar sedikit terkejut saja. Pandangannya masih tetap terpaku pada sekelompok anak laki-laki yang sedang bercanda di pojokan kantin.

Karena sudah terlalu paham dengan sahabat istimewa mereka yang satu itu, akhirnya mereka menyerah dan kembali menikmati makanan masing-masing sebelum suara cekikikan seram milik Yumna menghentikan acara makan mereka kembali.

"Apaan sih Yum siang-siang cekikikan pakai suara kunti." Tegur Nuha yang lumayan penakut dari mereka berempat.

Yumna mendekatkan kepalanya ke arah meja.

"Rawi tadi senyum ke arah sini guys."

Bukannya ikut senang, mereka bertiga malah mendesah kesal mendengarnya.

"Ngelantur kamu itu saking laparnya." Ucap Raya lalu melanjutkan makannya.

"Udah, nih habisin dulu baru ngayal lagi." Timpal Nuha sambil mendekatkan seporsi mie rebus ke depan Yumna.

Yumna hanya bisa berdecak kesal karena tidak diacuhkan oleh teman-temannya.

"Udah, makan dulu. Ngambeknya ntar aja." Ucap Zeba yang akhirnya membuat Yumna memakan makanannya.

"Padahal 'kan beneran tadi Rawi senyum ke arah aku."

***

"Gimana Raw? Sekali lo senyumin aja dia langsung ketar ketir gitu. Mudahlah buat di jadiin pacar." Ucap Angga.

"Males gue, kalian aja yang main."

Rawi menyingkirkan kunci motor yang ada di depannya. Dia sama sekali tidak tertarik untuk ikut dalam permainan tidak bermanfaat itu. Hanya diikuti setiap hari saja oleh Yumna dia sudah kesal setengah mati, apalagi jika harus berperan dua bulan penuh menjadi kekasihnya, entah apa jadinya dia nanti.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang