XXVII. Perkara Berkumpul

1.3K 172 7
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.07.2023

___________________________

Senyuman indah terukir di bibir Yumna saat mengamati Rawi yang terlihat sedang serius menulis di depannya saat ini.

"Kamu seharusnya ikut nulis, Shall... bukan malah mandangin Rawi begitu."

Wajah Yumna seketika menjadi kesal karena Riko mengganggu waktu terpesonanya.

Laki-laki itu saat ini ikut duduk di gazebo seperti Yumna dan Rawi. Dia dengan santainya masuk ke dalam obrolan mereka seperti sudah mengenal lama. Sekarang Yumna akui, diantara ke tiga anak suami ibunya, Riko adalah yang paling besar usahanya untuk dekat dengannya. Terkadang Yumna hampir luluh, tetapi saat mengingat saudara perempuan laki-laki itu, dia menjadi malas. Wajah mereka yang mirip membuat Yumna merasa kesal.

"Dia nggak akan berhenti, Kak. Percuma aja ditegur." Timpal Rawi dengan jumawa.

Yumna mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil buku miliknya dan ikut menulis seperti Rawi. Sepertinya dia hanya memiliki waktu tiga hari lagi untuk bersantai sebelum dia harus kembali ke rutinitasnya yaitu, bersekolah.

Seharusnya saat ini ada lebih banyak orang yang hadir, namun entah kenapa sampai sekarang ketiga sahabatnya belum juga menampakkan diri.

"Ih! Males banget pake rumus begini. Satu soal aja jawabannya harus sampai setengah lembar." Gerutu Yumna sambil melempar pulpennya ke atas buku.

Riko dan Rawi menoleh ke arah suara Yumna. Mereka saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya menghela napas. Tidak ada yang berniat menanggapi, karena sebentar lagi Yumna pasti akan mengambil pulpennya kembali dan melanjutkan soal tersebut.

Senyuman tipis terbit dari bibir Rawi saat dia melihat Yumna benar-benar mengambil kembali pulpennya meski dengan wajah bersungut-sungut.

"Kenapa kamu sensi banget sih sama Matematika? Padahal jago kalau di suruh menghitung."

Yumna melirik ke arah Rawi yang bertanya. "Nggak tau. Aku tuh malas mikir, Raw. Matematika itu bikin aku mikir, makanya aku malas." Gerutu Yumna.

Riko merasa penasaran untuk ikut dalam obrolan sepasang kekasih itu.

"Mishall jago menghitung?" Tanyanya.

Rawi dengan cepat mengangguk. "Jago, Kak. Mungkin, setelah lulus nanti Yumna bisa ikut jejak Kakak untuk kuliah di jurusan arsitektur."

Penjelasan Rawi itu jelas saja membuat Yumna kelabakan.

"No! Apa-apaan. Aku nggak mau kuliah." Sanggah Yumna.

"Apa!?"

Suara itu membuat Yumna, Rawi dan Riko menoleh. Di sana, mereka melihat Nanda sedang berdiri dengan wajah terkejut. Di tangannya ada nampan berisi tiga gelas jus untuk mereka yang katanya sedang belajar.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang