04.09.2023
___________________________________Setelah Rawi mengetahui jika ada seorang laki-laki yang patut dia waspadai agar tidak mendekati Yumna, kini dia lebih banyak menanyakan kabar dan sebisa mungkin pergi mengantar dan menjemput Yumna. Dia masih belum bisa tenang jika Genta belum kembali ke Singapura. Selagi laki-laki itu masih ada di sini, dia akan tetap memasang proteksi terbaik untuk Yumna.
"Si Rawi apa nggak capek bolak balik begitu terus dari dua Minggu kemarin?" Tanya Nuha saat melihat Rawi sedang berjalan mendekati dirinya dan Yumna yang saat ini berdiri di depan restoran.
"Nggak tau. Aku udah bilang nggak usah. Tapi dia tetap sama pendiriannya."
Nuha terkekeh kecil. Lalu setelahnya tertawa cukup lebar.
"Kenapa kamu?" Tanya Rawi saat melihat kedatangannya malah disambut oleh tawa Nuha.
"Si bucin. Kan ada gue yang bisa antar Yuyum balik. Ngapain lo susah-susah jemput, bucin?" Ejek Nuha yang tentu saja mendapatkan delikan tajam dari Rawi.
"Nggak percaya gue sama lo."
Celetukan Rawi itu lantas membuat Nuha tanpa sadar menggebuk sisi lengan Rawi dengan tas mahal miliknya.
"Mulut lo!" Gertak Nuha dengan mata melotot.
Yumna yang melihat kekesalan Nuha itu se segera mungkin melerai keduanya. "Udah! Kamu tuh ke siapa aja diajak berantem. Nggak capek apa?"
Mulut Nuha seketika menganga kala mendengar belaan dari Yumna pada Rawi.
"Wah, bucin kuadrat ternyata." Celetuknya sambil kembali tertawa. "Ya udah deh kalo gitu. Gue duluan ya bucin kuadrat. See you di rumah Jejeb esok hari Lovebird!" Pekik Nuha yang setelah itu langsung kabur ke tempat mobilnya terparkir.
Yumna dan Rawi hanya terpaku ditempatnya karena merasa agak malu dengan panggilan yang disematkan oleh Nuha tadi. Benarkah mereka termasuk ke dalam tipe pasangan seperti itu?
***
"Yum, Bunda ada telpon kamu nggak?" Tanya Rawi saat mereka di jalan pulang.
Yumna menganggukkan kepalanya. Ibu Rawi memang meneleponnya tadi pagi. Beliau ingin menanyakan tentang acara pertunangan mereka yang akan dilaksanakan minggu depan.
"Maaf, ya. Bunda terlalu antusias. Karena di keluarga kami udah lama nggak ada perayaan apapun."
Yumna kini menggelengkan kepalanya. "Apa salahnya Bunda kamu tanya masalah acaranya? Beliau juga harus tau perkembangannya 'kan? Lagi pula acaranya satu minggu lagi. Aku nggak masalah kok kalau bunda sering nelpon."
"Sering?" Tanya Rawi.
Yumna kembali menganggukkan kepalanya. "Bunda belakang ini sering nelpon. Awalnya aku canggung banget. Nggak tau harus ngomong apa, takutnya Bunda malah ilfeel sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...