28.08.2023
______________________
Yumna tidak tau bagaimana sibuknya pekerjaan yang dilakukan oleh Rawi. Dia hanya tau jika Rawi bekerja di perusahaan keluarganya sebagai seorang eksekutif muda. Tetapi, bagaimana pun itu, Yumna tetap merasa kesal karena Rawi yang selalu merasa terburu-buru. Seperti kemarin, selesai makan siang dia langsung pamit ke kantornya kembali tanpa mau berbasa-basi terlebih dulu padanya. Dia tidak tau apa Rawi akan menepati janjinya untuk berbicara dengannya lagi hari ini. Atau kah dia akan menunggu berhari-hari lamanya seperti minggu lalu.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, itu artinya Yumna sudah bisa pulang ke rumahnya setelah seharian berada di restoran. Tetapi, Rawi tidak kunjung muncul juga di hadapannya.
"Apa mungkin semua kisah yang aku lupa itu nggak penting untuk Rawi, ya? Makanya dia ogah-ogahan begini." Gumam Yumna sambil menatap lurus jalanan di depannya.
"Kalau dipikir-pikir, malu juga nuntut dia buat cerita. Tapi, seandainya dia malas bercerita, dia 'kan nggak usah larang-larang orang lain untuk cerita." Gerutunya lagi yang kini sambil berjalan menuju halte yang tidak jauh dari restorannya berada.
Yumna duduk sejenak di halte sebelum dia mulai memesan ojek online. Namun, saat dia sedang memilih, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan halte. Jika Yumna tidak salah mengingat, sepertinya mobil itu adalah milik Rawi.
"Yum, maaf. Aku benar-benar nggak sempat ketemu kamu hari ini." Ujar si pemilik mobil yang ternyata benar adalah Rawi.
Yumna menatap Rawi dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pakaian Rawi terlihat sudah mulai kusut. Wajah laki-laki itu juga tampak kuyu. Sepertinya laki-laki itu masih menggunakan pakaian yang sama sejak pagi.
"Kamu lagi sibuk di kantor? Aku nggak akan nuntut kamu untuk ketemu aku kok kalau emang kamu lagi sibuk banget."
Rawi mengamati pakaiannya. Dia meringis ketika melihat pakaian yang sudah dia kenakan sedari tadi pagi mulai kusut di beberapa tempat. Wajahnya juga pasti sudah berantakan.
"Sekarang udah nggak sibuk kok. Ayo, aku antar pulang."
Yumna hanya bisa terdiam saat Rawi berjalan ke arah mobilnya dan membuka pintu mobil di samping kemudi. Laki-laki itu tidak mau bersusah payah bertanya persetujuannya. Padahal belum tentu dia mau diantar pulang.
"Ayo, Yum. Ini udah malam. Kamu pasti butuh istirahat setelah seharian bekerja." Ujar Rawi.
"Padahal dia lebih butuh istirahat." Cibir Yumna dalam hatinya.
Dia akhirnya memilih untuk setuju diantarkan pulang. Siapa tau di perjalanan, mereka bisa melanjutkan obrolan kemarin.
Malam yang tadinya memang mendung kini mulai menurunkan hujan gerimis. Seandainya Yumna tadi menolak tawaran Rawi, mungkin saat ini dia sedang menggigil kedinginan di atas kendaraan sepeda motor milik ojek online pesanannya. Nasib baik dia menerima ajakan itu, setidaknya dia tidak akan meriang dan berujung libur bekerja esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
Narrativa generale"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...