LVI. Sambut Bahagia

1.4K 112 0
                                    

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08.10.2023

_______________________________________

Kemeriahan resepsi Rawi dan Yumna tampak terpampang nyata di mata para tamu undangan. Jumlah tamu yang awalnya bagi Rawi dan Yumna cukup hanya seribu saja harus berubah karena keluarga dari pihak Rawi tidak bisa jika tidak mengundang para kolega mereka yang cukup banyak selaku pemilik sebuah perusahaan yang cukup terkemuka di Indonesia. Hingga kini, di hadapan keduanya begitu banyak tamu yang hadir memenuhi ballroom mewah yang merupakan bagian dari hotel bintang lima milik keluarga Rawi.

"Kapan selesainya kalau begini?" Bisik Yumna yang tampak mulai lelah bersalaman sembari menyunggingkan senyuman pada setiap tamu yang memberikan selamat kepada mereka.

"Maaf, ya. Karena kebanyakan tamu dari kolega keluarga aku, acara kita jadi rame banget begini." Ringis Rawi sambil menopang punggung lelah Yumna dengan lengannya.

Yumna hanya bisa menghela napas. Baginya, rentetan acara yang mereka lalui mulai dari pertunangan hingga resepsi cukup melelahkan. Apalagi sebelum akad dilaksanakan, mereka juga melewati beberapa prosesi adat yang lumayan menguras tenaga.

"Untuk para tamu undangan, disilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan. Dan kepada kedua mempelai, boleh maju ke depan? Kita akan segera masuk ke acara selanjutnya."

Suara pembawa acara membuat seulas senyum Yumna kembali berkembang. Akhirnya dia tidak hanya berdiri sambil berjabat tangan. Kini, kakinya yang mulai kaku bisa bergerak sedikit.

"Bisa, Nak?"

Yumna menoleh ke arah kirinya. Dia mengangguk pelan pertanyaan ibunya yang hari ini mendampingi dirinya di atas pelaminan. Rasanya masih ada kejanggalan yang bercokol di hatinya. Meski seharusnya dia bahagia karena kedua orang tua kandungnya duduk bersebelahan di samping pelaminannya, namun ada rasa sedih ketika melihat Bunda Vani malah harus duduk bersama keluarga ayahnya dengan tersenyum yang tidak pernah lekang ke arahnya seolah berkata dirinya baik-baik saja.

Setelah sampai di tengah pelaminan, Yumna berbisik pada Rawi. "Bukannya setelah ini kita turun ke tengah, ya? Jadi para orang tua juga udah bisa turun 'kan?" Tanya Yumna dengan suara amat pelan.

"Kamu kurang nyaman?" Tanya Rawi yang diangguki oleh Yumna. "Papa juga nggak nyaman, Raw. Kayaknya Mama sama orangtua sambung aku juga." Ujar Yumna.

Rawi mengerti. Situasi ini memang sedikit berbeda dari pengantin biasanya. Bahkan, dia tidak melihat Yumna menangis saat mereka sungkeman. Hanya matanya saja yang berkaca-kaca. Itupun hanya saat ayahnya mengusap pelan pipi Yumna sembari tersenyum amat teduh.

Acara berlanjut pada pembawa acara yang mulai bertanya-tanya pada kedua mempelai. Itu artinya, bagian acara formal sudah terlewati. Jadi, setelah ini mereka akan lebih banyak bersenang-senang. Dan kedua mempelai tidak akan mengeluh lagi perkara salam-salaman.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang