10.07.2023
_____________________Hidup itu perlu diwarnai agar tidak monoton. Warna yang akan dipakai juga harus terang dan bersinar agar tidak ada tanda-tanda kegelapan di dalamnya. Jika ada yang masuk untuk melempar warna gelap, maka pastikan jika warna terang masih tersisa cukup banyak untuk memudarkan warna gelap tersebut.
Amunisi itu tampaknya sudah diisi dengan baik oleh Yumna, sehingga saat dua orang itu berdiri di depan apartemennya dia bisa menyembunyikan kegelapan yang sudah menguasai dirinya pagi ini.
"Rajin amat pagi-pagi nongkrong di depan apartemen gue." Celetuk Yumna saat melihat dua orang itu menatap dirinya dengan wajah lega.
"Kamu benar-benar keras kepala ya, Shall. Kami harus gimana lagi supaya kamu pulang?"
Yumna menatap dua orang di depannya tanpa minat. Dua orang asing yang memaksa masuk dalam dunianya itu sangat mengganggu. Dia sudah keluar dari rumah itu untuk menghilang dari lingkaran baru yang dibuat oleh ibunya. Namun, entah kenapa sejak pertemuan tidak sengaja Yumna dengan salah satu dari mereka waktu itu membuat kedua orang tersebut kembali mengganggu dirinya.
"Pulang apa sih? Gue dari semalam emang udah tidur di sini. Mau pulang kemana lagi?" Kesalnya.
"Kamu tau maksud kami." Kini, giliran yang satunya berbicara.
Yumna menatap kedua laki-laki muda yang terlihat mirip di depannya dengan lekat. Kedua orang itu merupakan anak kembar dari suami ibunya. Jangan berpikir jika suami ibunya itu adalah ayahnya, karena ayahnya sekarang sudah berada di Singapura bersama keluarga barunya.
"Kalian itu nyari susah banget, ya. Udah untung gue keluar dari rumah itu. Eh, malah di samperin ke sini. Apa kabar tuan puteri di rumah kalau gue balik. Nanti dia merasa tersaingi lagi."
"Aku udah bilang 'kan Riko. Dia batu banget anaknya." Celetuk laki-laki yang bernama Riki.
"Itu lo tau! Udah sana pergi. Gue mau berangkat sekolah!" Perintah Yumna.
Riko dan Riki tetap di tempatkan. Mereka tidak akan pulang sebelum berhasil meyakinkan saudara tirinya itu untuk pulang. Mereka sudah kadung janji dengan ibu sambung mereka. Wanita itu merindukan anak gadisnya yang sudah lama tidak pulang.
"Dua tahun, Shall. Kamu udah pergi selama itu. Mama udah kangen banget sama kamu." Ujar Riki.
"Masalah Maira, kita bisa bicarakan baik-baik. Dia sama sekali nggak berniat begitu sama kamu. Dia masih sangat muda, Shall." Lanjut Riko.
Yumna memutar bola matanya. Selalu saja kedua laki-laki kembar itu mendukung adik kandung mereka. Wajar saja, itu adik kandung mereka, sedangkan dirinya hanya saudara tiri yang baru di kenal beberapa tahun saja.
"Gue males berurusan sama si bocah. Biarin aja dia kuasi nyokap gue. Gue ikhlas kasih Mama buat dia."
Yumna tidak ingin melanjutkan perdebatan mereka, jadi dia memutuskan untuk melenggang pergi dari depan Riko dan Riki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...