15.07.2023
_____________________
Mata mereka saling memandang. Satunya dengan wajah garang, satu lagi dengan wajah tenang. Si garang sedari tadi mencari cara untuk pergi dari hadapan si tenang. Namun, si tenang tetap diam pada tempatnya. Mereka saling melempar tatapan yang tidak ada putusnya. Bahkan orang-orang yang hilir mudik dijadikan angin lalu oleh keduanya.
"Udah marahnya?"
Yumna memutar bola matanya. Pertanyaan macam apa itu? Pikirnya.
"Lagi bicara sama siapa, ya?" Tanyanya balik.
Rawi menatap Yumna dengan lekat.
"Kamu marah 'kan sama aku karena kejadian di lapangan waktu itu?" Tanya Rawi.
Yumna memicingkan matanya. "Emangnya kalo iya kamu mau apa? Bujuk aku bisa nggak marah lagi?" Tanya Yumna lalu terkekeh. "Yang bener aja. Nggak mungkin banget lah seorang Rawi mau merengek begitu." Lanjutnya lagi.
Rawi menghela napasnya. Harusnya tidak seperti ini. Jika terus begini maka rencananya seketika berubah. Melihat wajah garang Yumna dia menjadi tidak yakin jika kali ini dia akan menang. "Oke. Aku kalah. Jadi, sekarang aku mau minta maaf untuk sikap aku tempo hari. Aku nggak bisa kalo kamu gini terus. Aneh, Yum." Ujarnya.
Yumna terdiam. Padahal di dalam hatinya saat ini dia sedang sangat terkejut. Namun, karena dia pintar dalam urusan menyembunyikan perasaannya, dia bisa menahan itu dengan baik.
"Kenapa? Kan lebih enak karena nggak ada aku yang ganggu hari-hari kamu di sini."
Ucapan Yumna menjadi bumerang untuk Rawi. Jangan tanyakan padanya, dia juga tidak tau kenapa perasaannya bisa berubah seperti ini.
"Yumna, please. Mending kamu bilang aja aku harus ngapain biar dapat maaf dari kamu. Aku benar-benar belum pernah ada di situasi ini."
Yumna melihat wajah kalut Rawi. Entah kenapa hatinya saat ini merasa berbunga-bunga. Bisakah dia menaruh sedikit harapan jika Rawi sudah jatuh padanya?
"Nggak ada, Raw. Aku begini karna memang aku maunya begini. Aku bakal berubah perlahan dan mengganti sifat aku biar kamu merasa kita ini cocok. Jadi jangan ganggu aku dulu. Aku mau memantaskan diri untuk kamu." Ujar Yumna dengan dramatis.
Rawi berdecak kesal. "Nggak usah. Kamu nggak cocok sok cuek begitu. Tetap jadi Yumna yang rese aja. Itu udah pas." Sanggah Rawi.
Dan setelah itu, yang Rawi dapatkan adalah seringaian dari Yumna. Gadis itu mendadak tersenyum lebar di depan Rawi.
"Kena kamu!" Pekik Yumna.
Rawi sontak saja berjengit kaget.
"Sekarang kamu nggak bisa ngelak lagi. Aku udah rekam percakapan kita saat ini. Jadi, nggak ada lagi acara kesal atau marah kalau aku gangguin kamu di sekolah. Cowok harus pegang omongannya loh. Ingat ya, My prince Rawi?" Ujar Yumna dengan jumawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...