04.07.2023
____________________
Rawi mengeratkan gigi dan kepalan tangannya yang terlipat di atas meja. Kesabaran yang selama ini selalu di pupuk kini sudah mencapai batas kemampuannya.
Setelah melihat kekonyolan Yumna
satu jam yang lalu di depan kelasnya, akhirnya laki-laki itu memantapkan diri untuk memberi sedikit pelajaran kepada gadis yang menurutnya urakan dan selalu membuat malu dirinya di sekolah.***
Saat bel pulang berbunyi, Rawi segera menghampiri Gara dan meralat ucapannya saat mereka sedang berada di kantin saat jam istirahat tadi.
"Gar, gue terima tantangan lo di kantin tadi. Lusa, lo bakal liat tu cewek mati kutu gue tembak di hadapan semua orang." Tegasnya dengan emosi.
Gara yang tidak pernah melihat raut wajah emosi Rawi hanya menganga tanpa mengerti maksud perkataan dari sahabatnya itu.
"Gila! Serius lo Raw?" Teriak Angga yang ikut menghampiri Gara.
Dia sama kagetnya dengan laki-laki itu. Karena selama mereka berteman sejak SMP, baru kali ini mereka melihat wajah marah penuh emosi seorang Rawi Verdianto.
"Serius lo Raw?" Timpal Gara setelah menyadari maksud dari Rawi.
Rawi mengangguk.
"Kok bisa langsung berubah pikiran gitu? Apa gara-gara tadi?" Tanya Angga menerka-nerka pada Rawi.
Rawi menggeleng.
"Selama setahun ini tuh cewek udah rese banget sama gue. Dan gue nggak mau tahun terakhir gue disini bakalan di habisin sama bacotnya dia setiap hari. Jadi gue putusin untuk buat itu cewek nggak bisa berkutik sama sekali." Jelas Rawi.
Gara dan Angga kini saling melempar pandangan. Mereka tidak yakin jika Rawi mampu membuat Yumna tidak berkutik. Nanti yang ada malah Rawi yang bertekuk lutut pada Yumna. Secara yang mereka tau, laki-laki itu memiliki sifat penyayang yang membuatnya sulit membenci orang lain. Maka dari itu kecil kemungkinan dia akan berani memberi pelajaran pada Yumna.
"Nggak usah dipaksa kalo hati lo nggak ngizinin Raw. Nanti lo yang susah." Ucap Gara sekaligus menasehati Rawi.
"Gue nggak bakal minta motor sport lo. Gue cuma mau kasih pelajaran buat si Yuyum." Jelas Rawi membuat Gara berdecak kesal.
"Bukan itu maksud gue. Lo kalo mau ambil tuh motor juga gue biasa aja. Gue itu cuma takut lo bakalan berhenti di tengah tengah dan buat semua jadi kacau. Yang ada tahun terakhir lo bukannya tentram malah jadi runyam." Jelas Gara.
"Gue tau apa yang harus gue lakuin. Kalian tenang aja." Putus Rawi lalu melangkah pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih terpaku tidak percaya.
Tidak ada ajakan pulang bersama seperti yang biasa dilakukan Rawi pada Gara dan Angga. Hari ini dia benar-benar kesal pada gadis pembuat onar itu. Apalagi setelah gangguan di depan kelas tadi, konsentrasinya mengerjakan kuis seketika buyar dan berakhir dengan nilai yang tidak memuaskan baginya. Dan bagi Rawi itu adalah hal paling menyebalkan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...