13.07.2023
____________________________
Sudah selama tiga hari ini Yumna memasakkan makanan untuk Rawi. Selama tiga hari ini juga Rawi dibuat selalu menginginkan masakan Yumna. Dia sudah benar-benar terbiasa dengan enaknya rasa masakan dari Yumna tersebut.
Hari ini, tidak seperti biasanya. Jika biasanya Yumna yang akan menghampiri Rawi di kelasnya, kini Rawi lah yang menunggu Yumna di parkiran sekolah. Lambat laun hati Rawi memang mencair. Karena sejauh ini Yumna seolah lupa menghiasi kekacauan di sekolah dan beralih memusatkan hidup pada dirinya.
"Tunggu siapa kamu?" Tanya Pak Imam yang sudah siap sedia menunggu waktu masuk sekolah.
"Yumna, Pak." Jawab Rawi.
Pak Imam tampak mengulum senyumnya. "Bapak lihat setelah jadi pacar kamu, Yuyum udah nggak rajin lagi mampir ke ruangan Bapak. Kamu apakan murid kesayangan Bapak, Rawi?" Celoteh Pak Imam yang sarat godaan.
Rawi menggaruk belakang kepalanya. Tiba-tiba saja dia merasa malu ketika ada guru yang mengetahui hubungannya saat ini dengan Yumna. Dia tidak tau harus membalas ucapan Pak Imam tadi, karena dia sendiri tidak bisa berbicara santai dengan guru-gurunya seperti Yumna yang bisa menjawab Pak Imam berulang kali.
"Tapi bagus juga. Jadinya lembaran kertas itu nggak bertambah banyak lagi." Ucap Pak Imam lagi.
"Kertas, Pak?"
Pak Imam terkekeh kecil. "Iya. Karena seringnya Yuyum membuat masalah dari kelas sepuluh, jadi Bapak menyuruh dia menulis permohonan maaf setiap dia berbuat salah. Karena kalau diminta membersihkan toilet atau menyapu halaman, dia akan dengan senang hati melakukannya." Jelas Pak Imam.
Rawi baru mengetahui jika ada hukuman seperti itu. Pasalnya, murid di sekolahnya memang jarang yang suka membuat onar. Jadi, seluruh sekolah bisa dengan mudah mengenali siapa saja pembuat onar. Salah satu yang paling terkenal tentu saja Yumna.
"Rawi!!"
Rawi dan Pak Imam menoleh ke arah suara Yumna yang berlari mendekati mereka. Di tangannya ada sebuah kotak bekal yang memang sudah menjadi kebiasaannya beberapa hari ini.
"Kamu lagi nunggu siapa?" Tanya Yumna.
Ekhem!
Yumna menoleh ke arah samping Rawi. Dia terkejut melihat Pak Imam yang tidak biasanya berdiri di sini, bukan di depan gerbang.
"Pagi Pak Imam." Sapa Yumna dengan cengengesan.
Pak Imam hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu, setelah itu beliau berjalan ke arah gerbang untuk melakukan tugas hariannya menunggu para murid berdatangan ke sekolah.
Pandangan Yumna kini beralih ke arah Rawi. Dia menatap Rawi dengan lekat sambil menunggu jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Aku baru sampai. Tadi ngobrol bentar sama Pak Imam." Bohongnya. Dia terlalu gengsi untuk menunjukkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...