15.07.2023
_______________________
Dilayani adalah hal yang sudah lama hilang dari kehidupan Yumna. Dia sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Jiwa mandiri di dalam dirinya seolah sudah melekat kuat dalam dirinya. Mungkin, jika ayahnya tidak melarang dia untuk bekerja sampingan, saat ini Yumna pasti sudah bekerja. Namun, dia masih takut dengan ancaman ayahnya yang akan membawanya ke Singapura jika dia membantah perintah ayahnya tersebut.
"Nanti siang mau Mama masakin apa?" Tanya ibu Yumna saat Yumna hendak berangkat ke sekolah.
"Apa aja, Ma. Aku pemakan segalanya kok." Celetuk Yumna sembari memakai kaus kakinya.
Ibu Yumna tertawa kecil mendengar jawaban anak gadisnya tersebut. Yumna sampai saat ini masih kaku saat bersamanya. Anaknya itu tidak lagi manja seperti dulu, melainkan lebih suka melakukan semuanya sendiri. Gaya bahasanya juga sudah berubah. Yumna lebih tenang dalam menjawab meski akan meledak-ledak jika dipancing dengan pembicaraan serius.
"Ya udah, nanti Mama masakin makan siang untuk kita."
Yumna menganggukkan kepalanya. Setelah selesai memakai sepatu, dia kemudian salim pada ibunya.
"Aku berangkat, ya Ma."
"Iya. Hati-hati ya Yumna. Semangat belajarnya."
Yumna tersenyum kecil sambil kembali mengangguk. Dia kemudian keluar dari unit apartemennya.
Sungguh hari yang aneh. Yumna merasa seperti tuan puteri saja dilayani seperti itu.
***
Yumna berjalan cepat menuju ke dalam kelasnya. Tidak ada sapa menyapa ke kelas Rawi yang biasa dia lakukan, hari ini dia malah mengendap-endap masuk ke dalam kelas tanpa mau diketahui oleh Rawi.
"Ternyata benar. Hari ini kamu nggak akan lewat kelas aku."
Yumna tersentak kaget saat melihat Rawi sedang berdiri di depan kelasnya.
"Kamu beneran ngambek karena masalah kemarin?"
Yumna mengerjabkan matanya. Dia tidak percaya jika yang sedang berdiri di depannya ini adalah Rawi. Laki-laki itu tidak mungkin mau menurunkan egonya hanya demi menemuinya seperti ini.
"Ngapain kamu di sini?" Tanya Yumna dengan wajah yang masih jelas dengan guratan terkejutnya.
Rawi memandangi Yumna dengan lekat. Dia sedang mengamati gadis di depannya ini untuk mengetahui apakah benar dia sedang marah atau hanya sedang mengujinya saja.
"Kamu marah karena masalah kemarin? Padahal itu hari terakhir aku bimbing Salma. Seharusnya kamu nggak sampai ngamuk seperti itu."
Yumna menyipitkan matanya kala pendengarannya menangkap kode penjelasan dari Rawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
Ficção Geral"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...