23.07.2023
_______________________
Semenjak pertemuan pertama Rawi dengan Yumna setelah delapan tahun tidak saling memberi kabar, laki-laki itu kini mulai resah menentukan arah dan langkahnya. Pikirannya terus saja berputar pada ucapan Gara saat mereka hendak pulang dari restoran milik Nuha dan Yumna tempo hari.
"Kalau lo mau kisah kalian berlanjut, mendingan lo buruan jelasin tentang masa lalu yang dilupain sama Yuyum. Tapi, kalau lo milih untuk lanjutin hidup lo kayak delapan tahun ini, lebih baik lo tutup mulut tentang hubungan kalian yang dulu selamanya."
Saat itu, Angga bahkan menimpali ucapan panjang lebar milik Gara.
"Bener tuh. Apalagi tadi lo dengar sendiri 'kan? Yumna kayaknya udah mau nikah sama orang lain. Kalau lo mau sama Yumna lagi, lebih baik lo jelasin, Raw. Jangan kayak orang bego tiap kali dekat sama Yumna kayak tadi."
Rawi menarik napas dengan dalam saat mengingat ucapan kedua sahabatnya itu. Dia melirik ke arah kotak di sampingnya yang berisikan tulisan Yumna semasa sekolah. Di raihnya salah satu kertas tersebut dan dia mulai kembali membacanya.
"Permintaan maaf kali ini adalah tentang Saya yang tidak mengikuti pelajaran Matematika karena malas untuk menghitung. Jadi, dari pada menyusahkan kepala Saya yang suka kedamaian, Saya memutuskan untuk keluar dari kelas dan berjalan-jalan di halaman belakang sekolah. Tetapi, nasib buruk ternyata harus menimpa Saya. Kenapa? Karena Saya ketahuan oleh Bapak Imam yang paling Saya sayangi. Ini adalah ungkapan hati yang paling dalam loh, Pak. Jadi, kalau nanti Saya bolos kembali, tolong abaikan saja.
Baiklah, Saya kembali meminta maaf untuk bolos kali ini. Sekarang Bapak harus membaca keluh kesah Yuyum yang sedang bahagia sekaligus bingung ini.
Bapak tau tidak? Dua hari lalu Rawi mengajak Saya pacaran. Tidak tau 'kan? Bapak menyangka hal itu tidak? Tidak 'kan? Sama dengan Saya Pak. Rawi terlalu mendadak. Saya sedikit curiga dengan pernyataan itu. Tetapi Saya sudah terlanjur cinta dengan murid berprestasi Bapak tersebut. Jadi, tidak mungkin Saya menolak. Meskipun aneh, tetapi Saya mencoba untuk percaya jika Rawi tulus. Laki-laki seperti Rawi pasti tidak akan sanggup menyakiti Saya. Benar 'kan, Pak? Anggap saja benar ya, Pak. Doakan hubungan kami lancar. Karena kalau lancar, maka Saya akan jarang masuk ke ruangan ini. Eh, tidak akan masuk ruangan ini. Hehe.
Bersambung ke permintaan maaf selanjutnya."Rawi tersenyum, sesekali dia kan menghela napas ketika membaca betapa Yumna menjadikan lembar permintaan maaf itu bagai buku diarinya. Dia seolah mencurahkan apa saja yang ingin dia katakan seakan-akan tidak takut jika nantinya akan ada orang lain yang membaca tulisannya itu.
Bagian yang membuatnya merasa bersalah dalam tulisan itu adalah ketika Yumna mengatakan jika dia percaya jika dirinya tulus mencintainya. Yumna telah salah menilai, niat awal Rawi tidaklah baik. Meski diperjalanan hubungan mereka, Rawi mulai goyah dengan niatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...