LVII. Publikasi

1.4K 117 2
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14.10.2023

_______________________________________

Kehidupan baru Yumna dimulai sejak dia sudah resmi menjadi istri Rawi. Sekarang dia tidak lagi tinggal bersama dengan keluarga ayahnya, melainkan tinggal di rumah yang sudah disiapkan oleh Rawi untuk mereka berdua.

Hari-harinya juga tidak berputar pada dirinya sendiri lagi, melainkan ada Rawi di dalamnya. Mereka berdua hidup dengan tentram di dalam satu rumah. Tidak ada kecanggungan berarti seperti yang dipikirkan oleh Yumna dulu. Nyatanya, Rawi bisa meletakkan dirinya sebagai orang yang selalu mencairkan suasana canggung dari Yumna. Hingga Yumna yang awalnya kikuk menjadi nyaman berada di dekat Rawi.

Terhitung, sudah satu bulan mereka tinggal di dalam satu atap. Keduanya mulai terbiasa bersama. Menghabiskan hari-hari berdua dan membangun rasa yang semakin hari semakin padu. Hingga saat salah satunya tidak terlihat di rumah maka yang satunya lagi akan sibuk mencari.

"Yumna..." panggil Rawi karena sedari tadi tidak melihat Yumna di dekatnya. Padahal istrinya itu hanya mencari buku milik Rawi.

"Kenapa lama banget didalam?" Gumam Rawi. Karena khawatir, dia melangkah ke arah kamar mereka.

Sesampainya di sana, dia melihat Yumna sedang duduk sembari membaca lembaran-lembaran yang berserakan di lantai.

Rawi seketika terpaku ditempatnya berdiri. Pasalnya, Lembaran-lembaran itu adalah milik Yumna yang dulu diberikan oleh pak Imam padanya.

"Yum..." panggil Rawi.

Yumna yang sedang fokus dengan bacaannya tidak menjawab Rawi. Dia sedang sibuk membaca tulisan tangannya sendiri yang membuatnya mengenang masa lalu yang sedikit demi sedikit diingat olehnya.

Rawi maju mendekati Yumna. Dia duduk di sisi Yumna tanpa mengatakan apapun. Dia akan menunggu reaksi Yumna nantinya. Entah itu sebuah kemarahan atau apapun itu.

"Aku baru ingat kalau pernah menulis ini semua. Tapi, kenapa bisa ada sama kamu, bukannya ini harusnya ada di sekolah?" Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari bibir Yumna yang sedari tadi tertutup.

Rawi mengulas sebaris senyuman. Setidaknya Yumna tidak menunjukkan aura kemarahannya.

"Pak Imam yang kasih ke aku waktu acara perpisahan sekolah. Waktu itu, kamu udah dibawa pergi sama papa. Jadi, pak Imam memutuskan untuk menitipkan tulisan kamu sama aku."

Yumna menoleh ke arah Rawi. "Kamu pasti udah baca semuanya ya?" Tanyanya.

Rawi hanya menganggukkan kepalanya saja. Karena dia memang sudah membaca semuanya. Bahkan dia sudah mengulang bacaan itu beberapa kali.

"Ada banyak cerita tentang kamu disini. Dan semuanya seperti rasa bersalah aku yang udah gangguin kamu." Cicit Yumna. "Mungkin, itu yang buat aku nggak bisa marah walaupun tau kamu nggak serius dengan hubungan kita dulu. Karena aku pantas mendapatkan itu." Lanjutnya.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang