XII. Pawang Yumna

1.4K 158 10
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11.07.2023

____________________

Buk!

Yumna memegang bahunya yang baru saja mendapatkan sebuah lemparan bola voli. Dia yang tadinya berdiri di samping lapangan voli sambil memainkan sapu di tangannya dan berbincang dengan Zeba serta Raya kini menatap garang kepada segerombolan siswi yang sedang bermain voli.

"Sorry, Yum. Nggak sengaja." Celetuk Rara yang ternyata adalah si pelempar.

Yumna melihat kelakuan Rara itu dengan senyuman remeh. Dia tau jika gadis itu sengaja melemparkan bola kepadanya. Tanpa harus dijabarkan, Yumna langsung mengerti jika Rara masih menyimpan dendam padanya karena kejadian saat di kantin beberapa hari yang lalu.

"Kayak anak kecil aja si Rara." Celetuk Zeba sembari menatap tajam ke arah Rara.

"Biarin, Jeb. Dia pengen banget aku jambak lagi. Tapi, aku lagi nggak mood." Ujar Yumna sembari menyapu asal tanah di depannya.

"Kayaknya Yuyum nggak mau maafin aku, ya. Soalnya bolanya nggak dilempar lagi ke kita."

Ucapan Rara itu membuat Yumna mencebikkan bibirnya. Dengan malas dia mengambil bola voli yang masih berada di samping kaki Raya. Lalu, saat bola tersebut sudah berada di dalam tangannya, dia mengulas sebuah senyuman jahil.

Raya melihat raut wajah Yumna dengan cemas. Dia yakin Yumna akan membuat perhitungan pada Rara.

"Jangan, Yum. Lemparan kamu itu bahaya banget! Kalo kena Rara bisa gawat ceritanya." Larang Raya.

Yumna tidak peduli. Dia harus membalas Rara dengan setimpal. Masalah kekuatan lemparan, itu tergantung pada masing-masing orang. Karena dia lebih kuat dari Rara, maka jangan salahkan dirinya jika perempuan itu akan menangis karena kesakitan.

"Aduh. Jeb, bujuk dong." Cemas Raya saat melihat Yumna membalikkan badannya ke arah Rara.

Sementara Zeba dengan tenangnya menyaksikan kekesalan Yumna. Lagi pula dia juga kesal dengan sikap kekanak-kanakan Rara.

Sejenak, Yumna menatap Rara dengan remeh. Wajah sinis itu sungguh sangat tidak cocok dengan gurat gelisah yang ada padanya. Gadis itu pasti bernyali kecil.

Sambil terkekeh, Yumna kembali membalikkan tubuhnya ke arah Raya dan Zeba. Dia tersenyum amat manis ke arah teman-temannya. Namun, tiba-tiba Yumna kembali membalikkan badannya dengan gerakan badan yang hendak melempar bolanya.

Semua orang yang sedang menyaksikan kejadian itu sempat menjerit terkejut. Namun, jeritan mereka tertahan sebab bola itu tidak melayang, melainkan menggelinding jatuh begitu saja ke tanah.

Yumna dengan masih mempertahankan senyum manisnya kembali menoleh ke arah Raya dan Zeba.

"Aku cuma kasih peringatan awal kok. Tapi, kalau nanti dia makin menjadi, aku nggak janji untuk nggak kasih dia pelajaran." Jelasnya.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang