XXXI. Kekacauan

3K 233 17
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22.07.2023

_____________________

"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi."

Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak lagi mampu memikirkan hal lain selain keselamatan Yumna yang berada di dalam sana.

Dia, telah salah mengira gadis itu. Ternyata, dia tidak cukup tau siapa gadis yang dia jadikan kekasihnya. gadis yang selalu mengibarkan bendera perang pada adik tirinya itu ternyata mau menolong orang yang tidak dia sukai.

Rawi masih mengingat dengan baik bagaimana tidak inginnya Yumna pulang ke rumah ibunya karena takut akan dicelakai atau mati di tangan adik tirinya. Tetapi kenyataannya saat ini, Yumna malah menolong Maira dari maut. Dia merelakan dirinya sebagai tameng saat sebuah kendaraan roda empat hendak menabrak adik tirinya tersebut.

Rawi menoleh ke arah samping. Dia melihat Maira masih menangis tersedu-sedu dalam pelukan kakaknya. Gadis itu tidak mau dirawat meskipun dia juga terluka akibat kecelakaan tersebut. Setelah mendapat pengobatan di ruang unit gawat darurat, dia langsung menangis sembari ikut menunggu Yumna untuk diperiksa lebih lanjut oleh tim dokter.

Sementara di depannya, ibu Yumna yang didampingi oleh suaminya tidak henti menangis di depan pintu tempat Yumna diperiksa.

Dia sendiri juga sama resahnya. Di jam yang menunjukkan pukul delapan malam ini seharusnya dia sudah bersiap untuk hadir ke acara keluarganya. Namun, dia memilih untuk menunggu keadaan Yumna di sini. Hatinya tidak tenang. Dia takut sesuatu yang buruk sedang menanti mereka yang sedang menunggu di depan ruang ini.

Pintu ruang penanganan itu terbuka. Dokter keluar dari sana dan menjelaskan keadaan Yumna pada ibunya.

Rawi melihat ibu Yumna yang limbung dalam dekapan suaminya. Sontak hal itu membuat dia juga Maira serta Riko dan Riki berdiri dan menghampiri keduanya.

"Pa, gimana keadaan Mishall?" Tanya Riko yang masih menggandeng Maira yang lemas.

Ayah tiri Yumna hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Kritis, Ko." Jelasnya.

Maira kembali menangis. Sementara Riko dan Riki terpaku di tempat mereka berdiri. Sedangkan Rawi, dia merasakan sebuah perasaan asing masuk ke dalam hatinya. Rasanya begitu menyesakkan. Dia tidak tahan untuk tidak meneteskan air matanya. Dilihatnya tangan dan baju miliknya yang masih tersisa bekas noda darah Yumna saat dia menggendongnya tadi. Dia baru sadar jika dia hanya membersihkan diri seadanya karena terlalu cemas dengan keadaan Yumna yang bersimbah darah.

"Yumna nggak mungkin pergi secepat ini." Batin Rawi dengan tangan yang tergepal kuat menahan perasaannya.

***

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang