22.07.2023
________________________
Seorang laki-laki berjalan dengan langkah tegap di sepanjang lorong sebuah perusahaan. Matanya tidak bersusah payah untuk menatap orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya. Meski orang-orang tersebut tetap menyapa atau membungkukkan sedikit badannya kala dia lewati. Tatapannya menghunus tajam pada setiap orang yang terlihat mengobrol santai atau duduk sembari memainkan ponselnya. Dari tatapan itu saja sudah membuat orang-orang yang ditatap olehnya mengerti dan langsung menuju ke ruang masing-masing.
Langkahnya terhenti di depan lift. Kemudian dia menuju ke lantai sepuluh. Tempat dimana ruangannya dan beberapa jajaran direksi lainnya berada.
"Selamat pagi, Pak Rawi." Sapa Genta- sekretaris Rawi.
Rawi hanya membalas sapaan itu dengan anggukan samar tanpa bersusah payah bersikap ramah. Dia memilih untuk segera masuk ke dalam ruangannya dan melemparkan dirinya begitu saja di kursi kebesarannya. Pikirannya sedang carut marut. Harinya selalu saja seperti itu jika malamnya dia memimpikan Yumna.
"Udah delapan tahun. Tapi kamu masih rajin banget masuk ke dalam mimpi aku." Gumam Rawi.
Kini, dia bukanlah remaja berusia delapan belas tahun lagi. Saat ini, dia sudah menjadi eksekutif muda berusia dua puluh enam tahun. Mungkin, tahun depan dia akan memegang kekuasaan tertinggi di perusahaannya. Karena para pemilik saham mulai melirik dirinya setelah melihat sendiri kinerjanya selama hampir dua tahun ini. Mereka sepenuhnya percaya jika Rawi bisa mengikuti jejak ayahnya yang berhasil membangun perusahaan menjadi lebih besar. Lagi pula, keluarganya adalah pemegang saham tertinggi. Untuk naik ke jabatan di atasnya sebenarnya adalah hal yang sangat mudah. Hanya saja dia selalu membuat alasan agar tidak menanjak terlalu cepat. Sebab dia masih berusaha untuk terus belajar dalam menangani perusahaan. Karena sebenarnya, ini bukanlah impian yang dia inginkan, melainkan tanggung jawab dari amanah keluarga yang harus dia laksanakan. Tentu saja juga karena dia tidak mau jika hak miliknya dialihkan menjadi milik anak dari istri kedua ayahnya. Untuk mengandalkan adik laki-lakinya juga sepertinya agak sulit. Sebab anak laki-laki yang sedang menuntut ilmu di Jepang itu menolak dengan tegas bergabung di perusahaan keluarga. Aura pembangkang adik Rawi tersebut sangat kuat sehingga tidak ada yang bosa mengekangnya. Berbeda sekali dengan Rawi yang penuh perhitungan dan tidak bisa jika tidak mengacuhkan keluarganya.
"Permisi, Pak Rawi."
Rawi melihat Genta masuk dengan tablet di tangannya. "Apa hari ini jadwal Saya penuh, Gen?" Tanyanya.
Genta terlihat meringis. Dia tau jika suasana hati sang atasan sedang tidak cukup bagus. Namun, bagaimana pun juga dia tetap harus menjabarkan agenda hari ini yang sayangnya akan padat hingga pukul lima sore jika waktunya tidak melebar. Dan semua pertemuan itu berlangsung di luar kantor. Dapat dipastikan jika Rawi akan sekuat hati menahan rasa kesalnya karena harus lama dalam perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta Yumna
General Fiction"Aku tau kamu bohong. Tapi aku tetap tersenyum untuk semua yang kamu lakukan. Aku tetap merasa bahagia karena bisa bersama dengan kamu. Karena aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Rawi." Rawi termenung di depan ruang tunggu pasien. Kepalanya tidak la...