XIV. Berusaha sembuh

1.8K 161 6
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12.07.2023

________________________

"Yuyum! Cepat masuk, Saya mau tutup pintu gerbang!"

Yumna masih setia berdiri di depan gerbang sekolahnya. Dia tidak menggubris perkataan satpam yang sedang gemas melihat tingkah Yumna seperti sedang berkamuflase sebagai patung.

Kemudian, suara bel masuk pun berbunyi.

"Tuh 'kan. Kamu telat lagi." Geram satpam sekolahnya.

Yumna menarik segaris senyumnya. Lalu setelah itu dia masuk dan berbaris dengan para murid yang telat juga.

"Kamu lagi kamu lagi. Bapak pikir kamu udah rajin masuk sekolah tepat waktu. Tau-taunya belum ada sebulan penyakit kamu kambuh lagi."

Amarah Pak Imam itu hanya terdengar samar di telinga Yumna. Dia memang sengaja membuat dirinya terlambat agar tidak perlu masuk pelajaran pertama. Dia sedang malas duduk diam di kelas. Saat ini yang ingin dia lakukan adalah kerja bakti yang dapat membuat dia kelelahan.

"Udah, Pak Imam. Langsung aja ke hukumannya." Celetuk Yumna dengan santai.

Pak Imam menatap murid yang paling sering berurusan dengannya itu. Tampaknya gadis itu sengaja ingin diberi hukuman. Maka dari itu, sebaiknya beliau memberi hukuman yang tidak disukai oleh anak muridnya tersebut.

"Kutip sampah sampai bersih. Jangan ada yang tersisa bahkan untuk selembar kertas kecil." Perintah Pak Imam kepada lima orang yang terlambat.

Mata Yumna melotot. "Jangan dong, Pak. Bersih-bersih toilet aja. Kalau nggak nulis permintaan maaf deh." Keluhnya.

"Bapak tidak menerima bantahan. Cepat laksanakan!" Perintah Pak Imam lagi.

Yumna berdecak kesal. Dia dengan bersungut-sungut mulai memilih sampah dan mengumpulkannya di dalam sebuah kotak sebelum dibuang ke dalam tong sampah.

"Ini sih palingan sepuluh menit kelar. Mana ada sampah di pagi hari begini. Pasti udah dibersihkan duluan kemarin sore." Gerutu Yumna sambil berjalan pelan sembari melihat ke bawah.

"Telat?"

Yumna menaikkan pandangannya. Dia melihat Rawi ada di depannya dengan tangan memegang setumpuk buku pelajaran. Pasti itu buku tugas yang akan diserahkan ke ruang guru.

"Abisnya nggak ada yang jemput. Nggak ada yang bangunin juga."

Rawi melihat Yumna seperti sedang merengek padanya. Dia langsung teringat dengan dirinya yang kemarin tidak mengangkat panggilan dari gadis itu.

"Kemarin kamu telpon aku buat apa?" Tanya Rawi.

Yumna masih bersungut kesal. Dia menggembungkan pipinya dan tidak ingin menjawab pertanyaan Rawi.

"Nggak usah pasang muka gitu. Aku nggak akan bujuk kamu." Ujar Rawi lalu pergi begitu saja dari hadapan Yumna.

"Rawi nyebelin! Ganteng-ganteng judes!" Pekik Yumna hingga Rawi membalikkan tubuhnya.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang