XXXVIII. Ternyata Kita

2.1K 209 5
                                    

25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25.07.2023

________________________

Perjalanan yang baru ditempuh selama lima belas menit seolah sudah berlalu selama lima jam. Keadaan mobil yang hening membuat Yumna maupun Rawi merasa sedikit aneh. Keduanya sama-sama ingin memulai obrolan, tetapi rasanya tidak ada yang bisa dijadikan awal dari topik pembicaraan.

"Kalau aku ajak ngobrol, Rawi bakalan makin kesal nggak ya sama aku? Dulu 'kan dia paling nggak suka kalau ajak bicara." Batin Yumna.

"Alamat rumah kamu dimana?"

Yumna tersentak mendengar suara Rawi. Dia baru teringat jika belum memberitahukan letak rumahnya. Dengan kaku dia menjelaskan arah rumahnya pada Rawi. Dan setelah itu suasana kembali hening.

"Aku pikir kamu masih tinggal di apartemen."

Yumna kembali menoleh ke arah Rawi yang membuka pembicaraan. Dia diam-diam sedikit tersenyum karena Rawi mengajaknya berbicara.

"Ya ampun, kenapa perasaan aku jadi begini? Apa aku masih punya perasaan sama Rawi?" Batin Yumna.

Dia berdehem dengan salah tingkah. Matanya kembali menatap ke arah depan sambil mengubris pertanyaan Rawi.

"Papa udah jual apartemen itu beberapa tahun yang lalu. Jadi, sekarang aku tinggal di rumah Papa yang baru." Jelasnya.

Lalu, setelah itu satu pertanyaan muncul di kepala Yumna. "Kamu tau kalau dulu aku tinggal di apartemen?"

Pertanyaan itu malah membuat Rawi tersentak. Ternyata Yumna melupakan tentang dirinya sebanyak itu. Ingin mengelak pun tidak ada gunanya, jadi dia hanya mengangguk saja.

"Itu artinya ada banyak yang aku nggak ingat, ya. Heran deh. Perasaan, ingatan yang lain aku udah bisa ingat semua. Tapi, memori untuk beberapa bulan sebelum musibah itu aku masih banyak lupanya." Ujar Yumna lalu memiringkan posisi duduknya. "Rawi, di akhir-akhir sekolah kita, apa aku nyebelinnya makin parah sampai kamu segininya sama aku?" Tanyanya.

Rawi menoleh dengan cepat. Untung saja saat ini mereka tiba di lampu merah, jadi dia tidak mengerem mobilnya secara mendadak.

"Ekspresi kamu kayaknya udah mewakilkan jawabannya." Cengir Yumna merasa bersalah.

Sejenak Rawi terpaku. Raut wajah itu mengingatkan dirinya bagaimana wajah ceria Yumna yang dulu. Senyuman itu membuat Yumna terlihat kekanak-kanakan. Berbeda dengan auranya beberapa waktu yang lalu, tenang dan terkesan anggun.

Tanpa sadar, dia ikut tersenyum. Rindu rasanya direcoki oleh gadis yang ada di sampingnya saat ini. Sementara Yumna yang melihat senyum Rawi dibuat ketar-ketir. Bunyi jantungnya tidak bisa berbohong jika kasmaran di masa mudanya masih tersisa meski ingatannya sudah banyak yang terlupa.

"Telat?"

Yumna seketika mengingat sesuatu. Dia kembali mendapatkan ingatannya. Kali ini adalah tentang rengekannya pada Rawi yang membuat dia bingung sendiri.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang