XXIV. Perkara Tali Sepatu

1.4K 164 7
                                    

18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18.07.2023

__________________________

Masa SMA adalah masa dimana remaja menghabiskan masa penuh likunya. Baik itu dalam hal sekolah, kehidupan bahkan urusan asmara. Di masa ini remaja akan banyak bertumbuh dan perlahan mengenal hidup yang sesungguhnya. Sebagian mungkin masih hanyut dalam euforia remaja yang bahagia tanpa cela, namun sebagian terkadang sudah mulai belajar bagaimana menghadapi hidup di masa dewasa.

Salah satu remaja yang sedang menikmati masa sekolah menengah atasnya adalah Yumna. Dia yang selama ini menikmati hari-harinya di sekolah dengan teramat santai mulai dikekang oleh Rawi dalam hal pendidikan. Laki-laki itu terus saja memaksanya untuk belajar menghadapi ujian akhir sekolah yang sudah ada di mata. Anehnya, Yumna sama sekali tidak marah dan membangkang. Dia dengan suka rela belajar apabila ada Rawi yang mendampingi dirinya.

"Rawi... Aku udah selesai ngerjain sepuluh soal. Udahan, ya?" Pinta Yumna dengan nada kecil karena saat ini mereka sedang berada di dalam perpustakaan.

Rawi menoleh ke arah Yumna. Dia melihat gadis itu sudah menumpukan sebelah sisi wajahnya di atas meja.

"Kenapa?"

Yumna menegakkan duduknya. Dia mengusap perutnya sambil cengengesan.

Tanpa diberitahukan oleh Yumna, Rawi sudah bisa menebak jika gadis itu sedang kelaparan.

"Bukannya tadi kita udah makan bekal bawaan kamu?"

"Masih lapar. Aku itu kalau belajar banyak bawaannya lapar terus."

Rawi mengerutkan keningnya. Setelah itu dia terkekeh. Meskipun alasan Yumna agak sedikit tidak masuk akal, namun dia tidak mendebatnya. Dengan Yumna mau menurut seperti ini saja dia sudah senang.

Rawi melihat jam tangan miliknya. Mereka masih memiliki waktu sekitar lima belas menit lagi sebelum jam pelajaran baru.

"Ayo, kita cari cemilan aja."

Ucapan Rawi itu disambut antusias oleh Yumna. Dia dengan segera membereskan bukunya dan berdiri menunggu Rawi ikut berdiri. Setelah itu, dia dengan santainya mengapit lengan Rawi.

"Ayo kita makan." ucap Yumna antusias meski dengan suara yang kecil.

***

Rawi menatap Yumna yang sibuk memakan rotinya. Dia pikir tadi Yumna hanya mencari cara agar mereka tidak mengerjakan soal yang lain lagi. Namun, sepertinya setelah melihat bagaimana lahapnya Yumna menghabiskan roti-rotinya, Rawi menjadi yakin dengan kebiasaan aneh yang Yumna katakan di perpustakaan tadi.

"Mau?" Tanya Yumna karena melihat Rawi yang sedari tadi memandanginya.

Rawi menggelengkan kepalanya. Dia masih setia menatap Yumna yang duduk di depannya. Gadis itu juga tidak berniat berhenti makan. Bukannya menyudahi aksi isi perutnya, dia malah menambah satu roti lagi.

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang