LII. Satu Langkah Maju

1.1K 122 6
                                    

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19.08.2023

_____________________________________

Wajah-wajah itu tampak terkejut. Guratan penuh rasa penasaran dilayangkan pada Yumna yang hanya bisa menarik senyuman tipis. Mereka beralih pada titik depan rumah yang kini sudah diisi oleh dua mobil mewah. Ada sekitar empat orang yang terlihat keluar dan tersenyum pada mereka. Pakaian yang dikenakan serba rapi dan terkesan formal.

"Ini tamu yang kamu maksud?" Tanya ayah Yumna pada anaknya.

Yumna menganggukkan kepalanya. Dia kemudian melirik ibu sambungnya dan memberikan kode agar mendapatkan bantuan. Pasalnya, dia tidak berani melihat ayahnya. Sebab, tamu yang sebenarnya merupakan laki-laki yang akan datang melamarnya.

"Mas... Pasang senyum yang bagus. Itu rombongan calon menantu kita. Laki-laki pilihan Yumna." Ucap Vani.

Ayah Yumna melotot sempurna. Pasalnya, beliau mengira jika Yumna hanya mencari alasan saja saat mengatakan jika ada laki-laki lain yang ingin melamarnya. Beliau juga tidak tau jika makanan yang disediakan oleh istrinya dalam jumlah banyak dan beragam karena ada tamu yang datang bertandang.

"Kamu tau kan kalau besok Genta juga mau datang?" Tanya Ayah Yumna pada anaknya.

"Tau, Pa. Tapi Rawi datang lebih cepat."

Ayah Yumna menghela napasnya. Beliau tidak bisa memasang wajah kecut di hadapan tamu yang datang. Setidaknya beliau harus menjamu tamunya dengan baik. Apalagi ini menyangkut Yumna, anak semata wayangnya.

Dengan wajah yang diusahakan terlihat tenang ayah dan ibu sambung Yumna berjalan ke depan teras untuk menyambut tujuh orang yang datang, termasuk Rawi yanh saat ini wajahnya sedang sangat kaku.

"Assalamualaikum..." Salam ibu Rawi dengan penuh senyuman. Ada pancaran rona bahagia yang terlihat di sana.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk, Bu." balas Vani dengan ramah.

Sedangkan di sebelah Vani ada ayah Yumna yang sedang berjabat tangan dengan seorang laki-laki paruh baya yang tidak diketahui oleh ayah Yumna apa kekerabatannya.

"Selamat siang, Pak."

Ayah Yumna membalas sapaan itu dengan ramah. "Selamat siang, mari masuk dulu." Ajaknya.

Di saat para orangtua masuk ke dalam rumah. Di teras ada Rawi, Rama, Kevin dan Yumna yang berdiri canggung.

"Abang, kenalin." Colek Rama pada kakaknya.

"Nanti! Masuk dulu." Potong Kevin yang langsung menggeret Rama masuk ke dalam.

Setelah itu, tersisalah Yumna dan Rawi.

"Aku pikir kamu datang cuma sama ibu kamu." Ujar Yumna.

"Bunda lebih suka kalau semua kakaknya hadir. Nggak apa-apa 'kan?"

Perkara Cinta YumnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang