HAPPY READING
...
Leon tak punya agenda yang cukup penting di akhir pekan ini. Statusnya sebagai pemain basket di SMA Bintang Favorit sebentar lagi akan berakhir dan satu-satunya hal yang menjadi agenda penting untuknya hanyalah menyiapkan diri ke pendidikan selanjutnya yang ingin ditempuh sebagai peraih PIN emas dalam program PIN. Jadi, dia menikmati waktu-waktu istirahatnya di rumah bersama keluarga.
"Abang Leyon, lihat nih. Lea gambar mama, papa, abang Leyon sama Lea."
Leon yang sedang melamun di kamarnya tertegun saat Lea berlari di kamar dengan raut antusias, memperlihatkan hasil gambar ala kadarnya dengan riang. Dia bisa melihat gambar anak kecil pada umumnya dalam sketsa gambar itu yang diberi warna baju asal-asalan. Memberi kesan lucu dan berantakan.
"Wah, cantik banget. Hebat ya, Lea," puji Leon dengn senyuman lebar. "Buat apa gambar ini?"
"Di suruh ma'am Ingrid. Katanya gambar keluarga yang bahagia, abang Leyon. Jadi Lea gambar ini deh."
Leon terkekeh dan menyapu kepala Lea. Tak menyangka anak umur enam tahun itu sudah pandai diajak bicara.
"Abang Leyon suka?" tanya Lea.
"Sukaaaaa banget. Besok-besok Lea gambarin abang yang banyak yah," jawab Leon dengan senyuman manis.
Lea mengangguk-angguk dan memberi jempol ke arah Leon. Tadinya Lea ingin kembali ke kamarnya, tapi melihat ponsel Leon menyala dia melirik penasaran. Lea pun segera mendekat.
Leon membiarkan anak gadis itu nyempil di bahunya, sembari membuka pesan yang datang dari Prity. Dia memang menghubungi Prity sejak pagi, sekedar mencari tahu apa agenda penting Prity hari ini. Dia tahu Prity sedang sibuk mengurus lomba renangnya minggu depan, tapi kalau gadis itu punya waktu luang, Leon ingin mengajaknya keluar. Ke manapun yang gadis itu mau.
Namun, Leon mengernyit saat melihat balasan Prity. Tiba-tiba saja Prity meminta bantuannya sekarang untuk ke rumah sakit, mengantar mamanya. Leon tak tahu apa yang terjadi antara mereka, lebih tepatnya sejak kapan Prity sudah kembali ke rumah mamanya? Leon akan menanyakan itu kalau mereka bertemu. Jadi, Leon pun menyetujui dan berencana meminjam Kijang Kotak jadul keluarganya untuk menemani Prity.
"Abang, itu siapa?" tanya Lea, menunjuk gambar gadis yang menjadi background chat WhatsApp.
Leon yang tersadar akan presensi Lea pun tersenyum. Dia menekan tombol home dan muncullah foto selfie Prity di sana.
"Menurut Lea, dia cantik nggak?" Leon balas bertanya.
"Cantik," jawab Lea. "Itu pasti pacarnya abang Leyon."
"Heh? Kok kamu tahu pacar-pacaran sih?"
Lea tak menjawab, sebagai gantinya dia malah tertawa membuat Leon gemas dan menggelitik perut Lea.
"Kamu nggak boleh tahu pacar-pacaran dulu. Siapa yang ngajarin coba?"
"Abaaanggg!" Lea menggeliat sambil cekikikan. "Lea lihat di pilim doang kok."
Setelah bergurau cukup lama dengan Lea, Leon pun segera bersiap menuju rumah Prity. Leon berkata akan sampai sepuluh menit, tentu saja karena harus meminta izin orang tuanya dulu.
Sebenarnya Leon belum memberitahu orang tuanya kalau dia sudah berpacaran dengan Prity. Dia masih takut akan tanggapan mereka terhadap Prity nanti. Gadis itu masih punya image sampingan yang buruk sebagai anak pelacur, dan kabar itu sudah beredar sejak mereka pertama kali berada di SMA Bintang Favorit. Tentu saja semua orang tua yang mengetahui hal itu mewanti-wanti anak mereka agar tidak berteman dengan Prity, termasuk orang tuanya. Jadi Leon masih menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu mereka tentang Prity.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Teen FictionSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...