TEAM: 31: KEBERUNTUNGAN

361 50 6
                                    

HAPPY READING

...

Kalau pekan kemarin dihebohkan dengan Airin Adly yang meraih medali emas di IPhO, pekan ini ranking Airin yang heboh karena melambung dan tak disangka-sangka menggeser posisi Adly—yang mana itu tak pernah terpikirkan sebelumnya. Adly yang tak pernah turun takhta, akhirnya mencetak sejarah sekali seumur hidup dikalahkan Airin di ulangan harian. 

Kepala Sekolah juga dalam kebingungan yang panjang mencerna keajaiban dunia itu. Terlebih melihat Adly yang diam saja, tak memprotes turunnya peringkat. Meski sudah tak ada yang membuatnya harus mendapatkan peringkat pertama itu, Kepala Sekolah merasa hal ini akan jauh berbeda kalau Aurelie yang mendapatkan peringkat satu. Lelaki itu mana mau posisinya diganti oleh sosok Sevenor? Tapi lihatlah ketika Airin yang menggesernya, dia diam saja. Hal itu membuatnya yakin kalau Adly pasti sosok di balik layar kenapa Airin yang mendapatkan peringkat satu. 

Masih tak ada yang tahu atau sadar siapa orang yang berjasa yang membuat Airin mengalami perkembangan drastis seperti itu di SMA Bintang Favorit selain Leon. Dia juga tak berniat menyebarkan kalau sebenarnya Adly adalah guru privat Airin. Biar saja orang-orang terus mengagumi kehebatan Airin. Gadis itu pantas mendapatkannya. 

"Gila ya, makin hebat aja lu. Bisa-bisanya geserin posisi Adly di ulangan harian!" seru Jessy. 

Airin yang mendengar itu hanya nyengir canggung, melirik Leon yang ada di samping sedang melemparkan kode, "I see you." dan itu membuatnya lebih malu lagi. 

"Mulai ngeliatin taring nih?" bisik Jessy lagi.

Mendengar itu Airin mendelik, "Apaan taring-taring. Emang gue bobcat?"

"Itu istilah anjir!" 

Di tengah-tengah perbincangan itu, Leon tak sengaja mengarahkan pandangannya ke arah Aurelie di depan yang ikut tersenyum melihat Airin lalu gadis itu kembali menulis. 

Meski tak menunjukkannya secara langsung, Aurelie tampaknya ikut bangga dengan Airin. Leon tak yakin menafsirkan pandangan seseorang, terkadang dia takut kalau Aurel punya sedikit rasa iri pada Airin karena rankingnya juga digeser semester kemarin. Ah, sejak saat itu Aurelie mulai jarang aktif di kelas. Mungkin dia terlalu dalam memikirkan bahwa dia tak bisa mempertahankan peringkat itu. Dilihat-lihat, Aurel mengalami kemunduran interest dalam belajar. 

Sebenarnya Leon juga tak pernah memikirkan sahabatnya akan ada diposisi sekarang, maksud Leon—mengalahkan Aurelie dan Adly itu tidak mudah. Leon yang usahanya hanya stuck diperingkat tiga kemarin juga pernah berpikir bagaimana caranya menggeser Aurel karena gadis itu tak punya celah untuk diungguli. Apa lagi Adly. 

Selain itu, salah satu hal yang membuat Leon tak menyangka adalah mereka ada di kelompok belajar yang sama. Kepala Sekolah yang merekomendasikan orang tuanya untuk menempatkan Leon dan Aurelie dalam satu kelompok belajar. Tentu saja dengan senang hati orang tuanya mau Leon dan Aurelie disatukan. Kala itu, Leon pikir akan sangat canggung karena mereka tak pernah bicara terlalu banyak selain sering saling menyemangati satu sama lain. 

Di kelompok belajar, Leon bisa melihat lebih jelas kecerdasan Aurelie seperti yang sering dia dengar dari orang-orang.

"Jumlah kotak yang tersisa sampai iterasi ketiga 64 x 8 = 512 kotak. Perhitungan dimensi fraktalnya, log 8/log 3, log 2 pangkat 3/log 3, 3 log 2/log 3 = 3 x 0.3010/0.4771 hasilnya 1.8928 ...,"

Leon kalah cepat darinya. Gadis itu punya waktu tiga menit untuk sebatas menghitung dimensi fraktal sedangkan Leon butuh waktu lima menit. Aurelie juga terhitung cepat ketika diminta memberikan argumen dari soal penalaran deduktif, kalah sedetik dari Leon.

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang