HAPPY READING ⭐
...
Airin menghela napas panjang setelah Aishiteru datang meloncat, membangunkannya dari tidur yang nyenyak, walaupun sedikit dihabiskan dengan kepikiran soal hadiah liburan musim dingin ke China.
Sayangnya, Airin tidak mendapatkan hadiah itu. Kelompok yang memenangkan proyek Mandarin kemarin adalah Marlen dan Adly, jadi mereka memiliki paket liburan musim dingin dari Bu Lian dan bebas memanggil dua rekan keluarga untuk liburan.
"Wah, pasti seneng banget ya bisa ke sana musim dingin," ucap Airin pada Aishiteru.
Kucing mageran itu hanya mengerjap malas. Sudah terhitung sepuluh kali sejak tadi malam Airin terus-terusan mengatakan hal itu, seolah waktu bisa diputar dan babunya akan memenangkan voucher musim dingin ke Shanghai. Ya, sebenarnya Airin bisa berangkat ke sana juga sih kalau dia bilang pada Jean dan Arista, tapi yang lebih penting dari itu adalah ... hadiahnya kan gratis.
Airin bangun dan duduk di tempat tidur, menarik Aishiteru ke dalam pelukan dan mengendus-endusnya. Sedetik kemudian, ponselnya berdering. Airin mengambil ponsel dan melihat notifikasi masuk.
Adly Muka Tembok:
jam 9"Argh!" seru Airin, kembali membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. "Lagian seharian ini mau diajak ke mana sih?"
Gara-gara taruhan di proyek Mandarin, kekalahan Airin membawanya pada kesepakatan bersama mereka; jika kelompok Adly menang maka Airin harus menemaninya seharian, terhitung sejak jam 9 yang ditentukan Adly.
"Meow." Aishiteru mengeong.
Airin meliriknya. "Iya. Adly bakal jemput, tapi kamu tahu nggak anak itu bakal bawa aku ke mana?"
"Meow."
"Hah?" Airin mengelus Aishiteru, seakan-akan mengerti bahasanya. "Iya juga ya? Jangan-jangan ... kita bakal ngedate. Wah! Gawat, Ai. Gue kan belum siap. Eh, tapi emang ada ya ngedate pagi-pagi jam 9?"
Aishiteru mengerjap malas. Padahal maksud dia bukan itu.
"Tapi nggak mungkin. Argh, gue tahu! Pasti Adly bakal ngajak gue belajar seharian."
"Meow." Nah, itu maksud Aishiteru.
Sudah pasti kegiatan mereka akan belajar seharian. Mana mungkin Adly akan mengajaknya ngedate kan? Cowok itu kan tidak romantis, love language-nya kan quality time dan salah satu quality time adalah belajar.
Airin pun membawa Aishiteru dan tiga anaknya ke pet bowl, ikut sarapan. Airin dapat mencium aroma masakan dari dapur yang tentu saja sudah dipersiapkan oleh Jean dan Arista. Pasutri yang gemar memasak dan bernyanyi-nyanyi ria di depan panci penggorengan. Kadang kala malah berdansa dan flashback seperti ABG muda sampai-sampai lupa kalau lagi menggoreng. Alhasil makanannya gosong. Airin capek sendiri melihat mereka.
"Hello sweetheart, nyenyak banget ya tidurnya?" seru Jean yang sudah duduk di meja makan sambil melepas apron masak.
"Lumayan," jawab Airin.
"Coba tebak Mama masak apa?" Arista mulai berceloteh. "Tadda! Avocado toast. Ada bubur kacang hijau juga kesukaan Airin."
"Waahh!" seru Airin, antusias.
"Airin suka kan? Nah, nggak sah kalau nggak pake selai kacang." Jean menambahkan sambil meraih selai kacang.
"Ih, honey! Aku kan lagi nggak suka bau selai kacang!" seru Arista.
Airin mengernyit. "Sejak kapan mama nggak suka selai kacang? Biasanya semua makanan suka."
"Iya tuh, kan aku nggak tahu kamu lagi nggak suka selai kacang, honey. Ini baru beli kemarin lho. Rugi kalau nggak di makan sekarang." Jean membuka selai kacang dan mengambil pisau, bersiap untuk menambahkannya ke roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Ficção AdolescenteSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...