TEAM: 50: SIA-SIA

285 42 3
                                    

HAPPY READING

...

"Semuanya sia-sia! Pecat aja semua bodyguard yang kamu kirim, mereka nggak becus!"

Mengetahui Sunny hilang sepulang dari kediaman Krista, Liana diserang rasa cemas dan panik. Terlebih mengetahui bodyguard dan asisten pribadi Arian ikut menghilang bersamanya, menyisakan mobil di tepi jalan yang tak berpenghuni. Bagaimana bisa mereka gagal melawan para penculik itu? Menyadari sekuat apa orang-orang kiriman Sevenor membuat Liana semakin tak bisa berdiam diri. 

Arian jadi sasaran tembakan emosi wanita itu. Beribu cacian dia terima karena tak bisa menjaga Sunny dan Arian sudah tahu hari ini akan tiba sekuat apa pun dia membangun benteng melindungi Sunny. 

Belum lagi ayahnya yang jadi sasaran cacian berikutnya karena menurut Liana, pria itu malah mengirimkan bodyguard yang lemah dan bodoh tanpa penghargaan sama sekali. Liana menyalahkannya dan menyinggung perjanjian Morgan dan mendiang Glory tentang melindungi Sunny, nyatanya pria itu tak bisa. 

"Nggak ada cara lain, kita laporin ini ke polisi." Begitu kata Arian, setelah memikirkan segala solusi yang tepat untuk menemukan Sunny. 

Arian tahu Liana akan menentang solusi itu karena jika berurusan dengan polisi, maka semuanya akan terbongkar. Kenyataan bahwa mereka menyembunyikan buronan selama bertahun-tahun pasti akan jadi boomerang terakhir di hidupnya dan bagian paling buruknya lagi, mereka akan tahu Liana yang kerja sama dengan mafia adalah direktur SMA Bintang Favorit. Sekolah yang dia bangun susah payah akan ikut dikait-kaitkan kalau sampai itu terjadi. 

"Melapor ke polisi sama aja dengan nyerahin diri. Kamu juga harusnya mikir hidup kamu, karir Morgan. Nggak ada yang bakal aman!" balas Liana. 

"Emang kita nggak bisa buat laporan orang hilang? Aku yakin mereka belum ninggalin Bali. Sebelum beralih ke keluarga itu, kita bisa buat laporan Sunny hilang dan mereka mungkin bakal duga dia dibawa lari sama si Zero. Kita bisa pura-pura nggak tahu tentang Nathan---"

"Arian, sekali lagi ini polisi. Mereka pasti detail mengusut semuanya dan jangka waktu yang singkat, kamu bakal tahu kita semua nggak ada diposisi yang aman. Ngerti?" Liana menghela napas panjang. "Gunain akal kamu yang lain buat cari Sunny karena ini semua salah kamu!"

"Aku tahu aku salah. Aku pasti bakal cari Sunny sampe ketemu," ucap Arian, berupaya menenangkan wanita itu.

Liana mendelik, "Ya emang kamu harus cari dia sampe ketemu! Kalau nggak ... aku nggak akan biarin kamu hidup dengan tenang!"

Arian menelan perkataan itu mentah-mentah dan bertekad mencari Sunny. Walaupun benci mengakui ini, tapi ini memang salahnya. Harusnya dia tidak mempercayakan siapa pun menjaga Sunny---tidak dengan bodyguard atau pengawalnya sendiri. Kelompok yang dia pikir kuat saja menghilang dalam sekejap. Bisa bayangkan apa yang diperbuat orang-orang suruhan Sevenor? Mereka meresahkan.

Morgan sudah mengutus semua orang untuk ikut mencari Sunny. Mereka berpencar, menjelajahi apartemen Sunny, atau titik yang bisa menjadi tempat mereka melarikan diri. Dia bahkan menyuruh mereka berjaga di perbatasan kota, jaga-jaga kalau saja mereka akan membawa Sunny ke kota lain---bandara, pelabuhan, helipad---tapi tetap tak menemukan Sunny.

Seharian ini Arian melakukan pencarian di seluruh Kota, sampai ke pelosokan---bertanya pada setiap orang yang dia jumpai sembari memperlihatkan foto Sunny, bahkan Arian sempat mencari foto Zero lewat instagram dan tak ada yang melihatnya. Mengunjungi sekolah lelaki itu dan bertanya pada penjaga tentang Zero, mereka pun tak ada yang tahu tempat tinggalnya. Mungkin mereka sengaja tak memberitahu karena menjaga privasi Zero.

Tempat terakhir yang Arian pikir lagi adalah gym. 

Arian benar-benar buntu, tak tahu harus mencari Sunny ke mana lagi. Berharap Sunny hanya berlama-lama di gym seperti yang sering dia lakukan, tapi batang hidung gadis itu tak kunjung nampak. Hanya ada beberapa pemuda yang dia temukan, keluar dari gym sambil bersenda-gurau. 

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang