TEAM: 12: 3 VS HATERS

560 92 2
                                    

HAPPY READING 

...

Begitu turun dari bus, Prity langsung menghela napas panjang. Beberapa saat yang lalu sebelum naik bus, dia berjumpa dengan Richo yang diam-diam membuntutinya bak stalker. Maksud Prity—pria itu pasti bercanda! Tiba-tiba saja dia seperti pria cabul yang mengikuti anak sekolahan dan bertingkah seperti orang mencurigakan.

Dan kalau bukan perkataan ibu-ibu berbaik hati yang memperhatikannya, Prity pasti akan menghajar Richo tanpa ampun. Bayangkan saja, ada ibu-ibu di halte yang tiba-tiba menariknya dan berbisik, "Dik, kamu jalan sama ibu aja yah? Dari tadi ibu perhatiin ada yang ngikutin kamu."

"Ibu tahu dari mana?"

"Arah jam enam. Tapi kamu jangan langsung nengok yah?" Malah si Ibu yang melihat ke belakang dan berbisik lagi, "Orangnya udah sembunyi di belakang pohon."

Prity tersenyum dan menggenggam tangan ibu itu, "Wah, makasih banyak yah bu. Zaman sekarang emang banyak orang aneh berkeliaran. Ibu mau ke mana? Mau saya temenin juga? Takutnya malah ibu yang diikutin."

Si ibu malah bergidik ngeri mendengar sangkaan Prity. Niat mau menolong, tapi jadi gadis itu yang menakut-nakutinya. 

"Omong-omong, saya bisa bela diri lho, bu. Ibu bakal aman sama saya," bisik Prity, kembali menenangkan.

"Boleh deh. Ibu mau ke bank sebelah kok cuma deket."

"Yuk, bu."

"Heh!" Richo keluar dari tempat persembunyian membuat Prity dan si Ibu yang baru selangkah jalan melewati halte terhenti. "Mo ke mana lu? Bus bentar lagi kan nyampe!"

"Lho?" Si ibu mulai bingung karena ternyata pelaku stalker yang dikatakan tadi mengenal gadis di sampingnya. 

Bukan hanya si ibu, tapi Prity juga lumayan kaget karena ternyata orang yang dimaksud adalah Richo. Dia memang punya firasat kalau ada yang mengikutinya, tapi tak menyangka kalau orang itu adalah Richo!

Setelah melalui drama yang panjang, ternyata alasan Richo mengikutinya karena Prity sudah tak mau lagi tinggal dengannya. Padahal Prity bilang kalau dia hanya ingin pulang sehari atau dua hari di rumah Mona, tapi malah betah dan tak ingin kembali. Dan juga ... Richo khawatir kalau Prity dalam keadaan kurang baik di flat karena sesuai dengan info yang dia dapatkan, kondisi lingkungan Mona sangat buruk. Suaminya yang suka menghamburkan uang itu sering merusuh beberapa minggu ini. 

Tapi Prity sudah menegaskan dia baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Malah gadis itu ganti memarahi Richo karena sudah keterlaluan membuntutinya. Serius, pria itu menyebalkan. 

"Lo itu khawatir sama gue atau Mona?" tanya Prity sambil berkacak pinggang. 

"Ya ... dua-duanya lah. Kalau Mona nggak baik-baik aja, lo pasti bakal sama. Makanya gue harus mastiin anak sama ibunya anak gue tuh baik-baik aja." 

Prity menggelengkan kepala, "Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo."

Untung saja bus sudah sampai, jadi Prity punya alasan untuk tak berlama-lama dengan pria itu. 

Sebenarnya, Prity sudah melalui waktu panjang selama berada di rumah Mona untuk memikirkan semua ini secara spontan. Seperti ... kenapa Richo tidak memilih hidup dengan Mona saja? Karena kalau dipikir lagi, Prity agak lelah menjalani kehidupan berpindah rumah dan harus membagi waktu bersama orang tuanya. 

Tapi kalau dipikir lagi, mana mungkin Richo mau dengan Mona? Dari awal pria bodoh itu hanya bersenang-senang dengan Mona, walaupun ujung-ujungnya dia bertanggung jawab juga. Tetap saja, tak ada cinta antara mereka, bukan?

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang