TEAM: 37: ARM IN ARM

302 43 13
                                    

HAPPY READING

...

Jessy baru saja ingin mengawali hari yang baik ke sekolah hari ini, tapi sepertinya dia gagal mengawali hari baik kalau melihat wajah Rosalia pagi-pagi sekali di rumahnya. Apa lagi wanita itu datang membawa berita bahwa selama ini Airin belajar dengan Adly. 

Well, Jessy tak mau peduli akan hal itu. Tapi kalau dipikir lagi sebelum Airin dan Adly jadian, Airin sudah terlebih dulu menggeser peringkat Aurelie. Jessy juga menyadari itu, sejak Airin ditunjuk ke KSN bersama Adly dan mendapatkan medali emas pertamanya, padahal selama ini yang Jessy tahu Airin adalah orang yang tak peduli soal nilai dan peringkatnya bahkan masuk di daftar khusus peringkat bawah sekolah.

Masuk akal juga kalau memang Airin belajar dengan Adly, mereka dekat lalu jadian. Sebuah jalan mencari pacar yang terstruktur dibandingkan hubungannya yang random. 

Selain itu, Jessy juga menguping Adnan yang mencela adiknya, mengatakan kalau adiknya yang tercerdas ini memalukan. Bagaimana bisa orang seperti Aurelie yang belajar bertahun-tahun dikalahkan oleh seseorang yang hanya belajar hitungan bulan dengan orang lain? Mana tidak pernah masuk bimbel bergengsi pula. Airin benar-benar manusia ajaib!

"Wah ada apa nih pada ngumpul?" tanya Jessy, setelah akhirnya muncul di hadapan mereka sambil menarik sling bag. Dia melirik Aurelie yang sudah terpojok. "Rel, udah siap? Berangkat bareng yuk."

Belum sempat Aurel menjawab, Adnan sudah terlebih dulu menyela. "Aurel berangkatnya sama aku."

Jessy bersidekap. "Tapi gue maunya berangkat bareng Aurel, gimana dong?" 

"Nggak ada yang mengharuskan kalian berangkat bareng," ucap Adnan. 

"Ada. Dia harus berangkat sekarang soalnya udah jam tujuh, dibanding harus nungguin lo ngebacot di situ pagi-pagi ngalahin burung camar," balas Jessy, tak mau kalah.

Aurelie menghela napas panjang menyimak mereka yang kembali bersikap seperti itu. Johan juga tampaknya ingin menghentikan Jessy, tapi Aurel segera menghentikan konversasi pahit itu sambil melihatnya. "Aku berangkatnya bareng Kak Adnan, Jess. Bentar lagi kita berangkat kok."

Mau tak mau Jessy pun mengalah dan pergi telebih dulu. Heran juga kenapa Aurel tak bergerak dari sana dan membiarkan dirinya terpojok. Dia sudah sering sekali dipojokan keluarga sejak masuk SMA Bintang Favorit, lebih tepatnya sejak dia dituntut saingan dengan Adly. 

Mereka pikir dengan rumor keluarga Adly yang melebar dan kian memburuk akan menjadikan lelaki itu kehilangan muka dan kecerdasannya di sekolah. Alih-alih melemah, Adly malah menyalurkan kelebihannya pada Airin. Di satu sisi, Jessy senang karena sahabatnya itu sudah berubah alias otaknya tidak miring kiri dan kanan seperti dulu. Dan di sisi lain, Jessy merasa kasihan pada Aurel karena itu berarti dia kembali memikul beban keluarga yang berat. 

Jessy mengira kabar Adly yang diam-diam jadi guru privat Airin hanya sampai pada keluarganya, tapi ternyata itu menyebar di sekolah. Entah siapa yang menyebar hingga sudah jadi topik hangat. Walaupun tak seterang-terangan itu karena mereka menggunakan kode-kodean untuk membicarakannya. 

Ah, sinting. Mereka pikir Jessy tidak ngeh siapa yang mereka bicarakan?

"Pantesan naik, ya orang yang ngajarin dia si nomor satu." 

"Bener juga kata mereka, dia tuh sengaja deketin five lamination face. Secaper itu. Pick me."

Untung saja di sekitarnya tak ada Airin, kalau Airin dengar pasti mood gadis itu lempeng lagi. Namun bukan berarti Jessy akan membiarkan mereka. Jessy berdecih. Dia memutar tubuh menghampiri penggosip itu dan menendang kursi taman yang ada di samping membuat mereka tersentak kaget. Lebih kaget lagi melihat siapa yang melakukannya. 

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang