HAPPY READING
...
Marlen membuka bungkus es krim ketiga di depan komputer yang menyala. Seperti biasa, pekerjaannya di hari libur ini adalah menikmati kesendiriannya bersama game online yang menyala dan berbagai camilan manis.
Sebenarnya Marlen tak benar-benar menikmati hari liburnya karena sebentar lagi dia akan syuting film layar lebar dengan status main character. Bukan hanya heran, tapi Marlen juga tak mengerti kenapa orang-orang itu mau mendebutkannya sebagai aktor hanya karena paras tampan? Padahal banyak aktor-aktor berbakat lain yang harusnya jadi pertimbangan mereka.
Hanya saja hari itu Marlen diminta untuk melakukan akting sesuai arahan sutradara, karena judul film yang akan dibintangi adalah My Cutie Pie dan mereka membutuhkan peran lelaki manja nan polos jadi Marlen bisa memerankannya dengan sangat bagus. Ya sebenarnya bukan memerankan juga sih, tapi Marlen sedang berlaku sebagai dirinya sendiri waktu itu. Dan tak ada yang menyadarinya.
Setelah itu Marlen diminta tanda-tangan kontrak dan akan mulai syuting bulan depan. Marlen juga banyak berkenalan dengan aktor-aktris lain yang sudah terkenal ketika proses reading. Bahkan Mami dan Jessy bekerja sama untuk memasukannya ke kelas akting agar Marlen punya kepercayaan diri yang penuh. Semua orang benar-benar bekerja keras untuk keberaniannya menjadi aktor kali ini.
Terakhir, Marlen diminta untuk mengganti namanya.
"Kenapa harus ganti nama, pak?" tanya Arian, yang saat itu bertatus sebagai manajer gadungannya.
"Marlen itu namanya terlalu biasa. Apa lagi parasnya Marlen kan kayak Korean. Gantilah namanya jadi ada Korea-Koreanya gitu," jawab sutradara.
"Kim Mar Lee?"
Marlen menggeleng saat mendengar namanya akan diubah jadi Kim. Astaga! Apa mereka bercanda? Marlen tak ada keturunan Koreanya sama sekali. Mana mungkin tiba-tiba namanya berubah jadi Kim?
"Gimana kalau Lenji?" tawar Arian. "LenG kayaknya bakal jadi nama aktor yang keren, pak."
Dan tanpa basa-basi, sutradara menyetujui nama Marlen berubah jadi Lenji.
"Habis ini lo harus rombak penampilan. Pokoknya lo harus treatment ke klinik, muka lo harus dipermak lebih ganteng lagi sama rambut lo ... duh ide siapa sih yang warnain rambut stabilo gitu?"
Manajer gadungannya ini terlalu banyak omong. Padahal hanya manajer gadungan saja! Lagi pula, ide mewarnai rambut ini kan ide Arian dan Airin dulu sewaktu berada di klinik Annaconda.
Setelah itu, beredar kabar kalau Marlen akan debut aktor. Kepala Sekolah yang mendengar kabar itu tentu saja heart attack karena tak menyangka murid yang agak lain itu akan terkenal dan jadi aktor. Tapi tak urung kalau mereka senang dan berharap Marlen bisa menjadi aktor papan atas seperti Nicholas Saputra, agar nama SMA Bintang Favorit melejit lagi. Sejujurnya Kepala Sekolah sendiri juga sudah berekspektasi lebih akan kabar itu.
"Marlen Giannoka? Ah, dia sekolah di SMA Bintang Favorit! Pantas saja kalau dia berbakat jadi aktor, dia dari sekolah itu sih." Begitu kira-kira pandangan orang-orang tentang Marlen jika terkenal nanti.
Marlen akan jadi bintang tersendiri di sekolah.
"Marlen, ibu senang sekali kamu sudah berubah semakin normal sekarang. Ibu sudah bisa melihat masa depanmu yang bersinar, kamu pasti akan hadir di setiap awards dan dikelilingi piala-piala aktor terfavorit se-Indonesia! Ah, kamu harus mendapatkan itu!" serunya berapi-api.
"Ibu nggak sabar menantikan film pertama kamu. Oh, jangan lupa untuk menyebut nama ibu sebagai kepala sekolah SMA Bintang Favorit yang sudah mengizinkan kamu menjadi aktor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Novela JuvenilSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...