HAPPY READING
...
Hari baru, masalah baru. Arian sebenarnya tidak mau terlalu memikirkan takdirnya yang agak ironi, tapi dia terlalu percaya diri mengatakan ya, dia sudah mahir untuk melalui ini. Bagaimana tidak? Masalahnya selalu datang dari orang terdekat. Ya, ayahnya sendiri. Arian baru saja mendapat telepon dari seorang tutor bahwa sejam lagi dia ada kelas atas dasar perintah Morgan. Ini masalah baru! Selain homeschooling, Morgan terlalu bersemangat mengumpulkan jadwal kursus bisnis dan seminar-seminar yang membicarakan hal itu demi masa depannya.
"Ini cuma pembelajaran yang basic, Arian. Kamu bisa memperdalamnya kalau kamu sudah duduk di bangku kuliah. Ayah yakin kamu bisa ...,"
Menyebalkan, bukan? Padahal Arian pikir kerjanya hanya membuntuti gadis menye-menye yang bahkan selalu menghilang tiba-tiba dan bertapa di kondominiumnya yang megah. Tentu saja tidak. Bukan Arian namanya kalau hanya berbaring manja di pelukan Amour dan memainkan piano dengan note yang sama. Arian yakin, seluruh tuts pianonya juga pasti berdesis karena ulahnya dengan keresahan yang sama, "Huh, pemuda bodoh yang kerjanya bak pengangguran ini datang lagi memainkan nada yang membosankan." Dasar, tuts kuno!
Apa lagi saat Mr. Bee sudah berdiri di depan kamar seperti hantu, membuat Arian yang masih mengumpulkan nyawa setelah tidur nyenyak mengumpat kasar dan nyaris memukulnya.
"Bangsat! Lu ngapain sih berdiri di situ? Nggak ada tempat lain apa?!"
Mr. Bee tersenyum. "Selamat pagi, Tuan Muda."
Arian mengacak-acak rambutnya sendiri, frustrasi. Oh tidak! Dia akan sering-sering melihat cosplayer chaplin ini lagi.
"Saya ingin memberitahu jadwal Tuan Muda hari ini. Pukul sembilan sampai dua belas pagi, Tuan Muda ada jadwal kursus di Ultimate Business Blueprint. Setelah itu, dilanjutkan dengan homeschooling bersama Nona Sunny pukul dua siang dan meeting bersama dewan komite Art Market untuk project Majestic Art pukul delapan malam di Jakarta. Saya sudah menyiapkan semua keperluan Tuan Muda mulai dari pakaian, beberapa buku pengembangan dan strategi, alat tulis menulis, MacBook, iPad, serta pokok bahasan meeting yang bisa Tuan Muda pelajari. Saya juga sudah mengatur keberangkatan kita ke Jakarta pukul lima sore."
Arian mengembuskan napas sambil berkacak pinggang. "Ya, good job, buddy. Now get out of my sight .... please!"
Arian pikir cara kasar sudah tak mempan lagi digunakan pada makhluk kaku ini, jadi Arian berusaha menggunakan nada bicara dengan penekanan yang cukup tertekan dan penuh harapan.
"Baik. Saya akan membiarkan Tuan Muda bersiap-siap. Saya juga sudah menyuruh petugas menyiapkan air, sarapan Tuan Muda pagi ini adalah salad dan green tea. Pak Direktur yang merekomendasikannya. Kalau begitu, saya permisi."
Kepergian Mr. Bee meninggalkan jejak meresahkan. Arian selalu tidak nyaman dengan kehadiran pria itu sejak kecil. Tumbuh dengannya bukan termasuk bucket list yang patut diacungi jempol. Sungguh! Arian pun berdesis sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi.
Damn it!
◽
"Sore ini gue mau ke Jakarta," kata Arian, sebelum Sunny turun dari mobil.
Sunny meliriknya sekilas, lalu melepas seatbelt bersiap akan keluar. "Trus?"
"Bokap gue pasti bakal ngirim bodyguard lagi di apart. Gue nggak tahu bisa pulang malam ini atau mungkin besok, jadi lo nggak bisa ke mana-mana dengan bebas," jawab Arian.
Sunny tak merespons. Tampak tak mau peduli apa yang dikatakan cowok karena tahu jika dia menolak pun, memangnya itu akan membuat dia bebas? Morgantara terlalu ketat menjaganya selama ini. Tapi, ada keraguan dalam dirinya sebelum menutup pintu mobil membuat Arian mengernyit. Gadis itu seolah ingin mengatakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Novela JuvenilSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...