HAPPY READING
...
Sejak memulai permasalahan, Aurel sudah tahu apa konsekuensinya. Sejauh ini apa yang dia lakukan setengah jalan mencapai puncak dan misinya meruntuhkan masa kejayaan Sevenor nyaris berhasil. Beberapa hal berjalan tidak sesuai alur yang diinginkan, seperti---harapan Gerald yang mengunjungi SMA Bintang Favorit, nyatanya pria tua itu hanya mengutus Rosalia untuk menangani masalah ini. Padahal Aurel ingin sekali membuat pertunjukan baru seandainya Gerald yang muncul.
Ketidak-hadirannya membuat Aurel sadar, pria tua itu sedang mengurus Sunny.
"Aku minta maaf karena secara nggak langsung, kalian semua ikut kebawa ke masalah ini. Semua orang udah ngomongin program PIN dan kalau besok ada kunjungan pengawas soal program PIN, kita semua pasti bakal diminta keterangan." Aurel memulai pembicaraan di kelas dengan pelan.
Rencana ini juga; mengumpulkan para pemegang PIN dan mengungkap semuanya pada mereka berjalan sesuai apa yang dia inginkan.
"Aku tahu awal masuk program PIN, pasti jadi beban tersendiri buat kalian. Karena aku juga gitu. Kita pasti ngerti maksud terbentuk program PIN ini apa. Dulu kita protes karena dengan masuk program PIN, itu artinya kita harus jaga image dan jadi pilar sekolah, tapi sekarang kita makin merasa program PIN ini baik. Terutama buat Leon ...," Aurelie menatap mereka satu per satu dengan serius.
"Kalau gitu, kita harus tetap pertahanin program PIN ini. Kalau seandainya aku didiskualifikasi, aku nggak mau kalian ngelakuin hal yang sama kayak masalah Adly kemarin. Apa pun alasannya, ini konsekuensi aku dan kalian nggak berhak mutusin keluar dari sini hanya karena salah satu dari kita di-diss."
"Rel, dari awal kita udah bilang ke Kepala Sekolah, kalau antara kita ada yang di-diss, kita semua bakal ikut. Itu kesepakatan kita." Leon menyela, tak terima dengan keputusan gadis itu. "Lo nggak bisa seenaknya buat kesepakatan sendiri dan ngorbanin diri, lo juga korban keluarga lo. Pasti ada cara lain biar lo nggal didiskualifikasi."
"Aku tahu, tapi ini semua kesalahan aku. Aku udah sejauh ini ngelakuin kekacauan, dan terima semua risiko yang udah aku perhitungin. Aku bakal nyelesain semua tanpa rugiin kalian. Jadi tolong, aku ngumpulin kalian di sini untuk mastiin kalau kalian harus berpihak ke sekolah karena setelah ini keluarga aku bakal nyerang sekolah dan mungkin bakal hancurin program PIN. Kita harus pertahanin program PIN dan hilangin keluarga aku di dalamnya."
Tak ada yang membantah Aurel, masing-masing dari mereka hanya melemparkan raut penyesalan. Menyesali apa yang menimpa Aurel dan apa yang harus dia terima setelah ini.
"Selain itu, ada hal lain yang harus aku lakuin juga, termasuk datangin Arian ke sini. Ceritanya panjang dan aku nggak mungkin jelasin di sini, intinya Sunny hilang. Keluarga aku rencanain hal-hal buruk dan sekarang dia ada di suatu tempat."
"Huh? Sunny hilang?" tanya Prity. "Kenapa? Kok dia ikut kebawa masalah ini?"
"Ini masalah yang beda. Maaf nyembunyiin terlalu lama. Sebenarnya mereka udah lama ngincar Sunny dan salah satu alasan kenapa dia pindah karena menghindar dari keluarga aku. Iya, ini masalah pribadi. Kalian udah tahu seburuk apa keluarga Sevenor kan? Udah pasti mereka bakal balas dendam dan lakuin hal-hal buruk ke Sunny karena masa lalu yang berkaitan dengan orang tuanya." Aurel menjelaskan dengan cemas.
"Lo tahu Sunny dibawa ke mana?" tanya Arian.
Aurel mengangguk. "Semalam aku lihat mereka pergi, pasti ada kaitannya dengan hilangnya Sunny kemarin."
"Trus---apa yang bisa kita lakuin?" tanya Leon dengan hati-hati.
"Sebenarnya aku nggak mau kalian ikut ke masalah ini. Tapi aku butuh bantuan kalian. Aku cuma minta kalian tetap berpihak ke sekolah dan kalau bisa naikin berita tentang keluarga Sevenor. Untuk sementara, kita bakal saling serang---sampai keluarga aku semua jalanin pemeriksaan dan fokus ke masalah sekolah. Kalau itu terjadi, kita bisa ngulur waktu buat Arian nyelamatin Sunny. Gimanapun juga, Sunny pernah jadi anggota PIN perak dan dia nggak ngerti apa-apa soal masalah balas-dendam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Novela JuvenilSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...