HAPPY READING
...
"Ini salinan biodata Airin Clark yang aku dapat di galeri sekolah."
Aurelie terkesiap ketika Adnan menyerahkan biodata Airin Clark ke arah Rosalia Sevenor. Lelaki itu niat sekali mencarinya, padahal Aurelie bersikeras menyembunyikan biodata itu dari ruang galeri. Mau gimana lagi? Adnan kan mantan ketua OSIS. Dia jelas tahu seluk-beluk ruangan tersembunyi di sekolah.
Sejak melihat Airin dapat peringkat satu di ulangan harian kemarin, Adnan tidak tinggal diam. Mumpung sepupu kebanggaan keluarga mereka ada di rumah, sekalian saja dia mengatur jalan agar Aurelie kembali ke jalan yang benar ala keluarga mereka dan tidak terhasut aliran sesat Jessy. Dia menggunakan senjata itu untuk mengembalikan ambisi Aurel di peringkat satu. Menyebalkan.
"Jean Clark, Clarista Akasya. Siapa mereka?" tanya Rosalia setelah membaca biodata itu. "Aku nggak pernah dengar nama itu."
Aurelie hanya diam. Sejujurnya dia juga tidak tahu apa-apa soal Airin dan kalaupun tahu, dia takkan membuka suara.
"Jean Clark, manager proyek di perusahaan manufaktur berkembang. Clarista Akasya, sekretaris umum. Mereka berdua bekerja di TorqueLine Manufacturing sejak lima belas tahun yang lalu."
Rosalia diam setelah mendengarkan penjelasan Adnan. Membaca keseluruhan salinan biodata Airin untuk menemukan sesuatu yang menarik di sana. Tapi yang dia dapatkan hanya informasi umum yang membosankan. Makanan kesukaan, hobi, moto, dan prestasinya adalah membesarkan anak kucing. Apa-apaan itu?
"Dia nggak ada catatan prestasi apa pun selama SMP dan semester sebelumnya. Nggak ikut organisasi apa pun selain komunitas kesehatan hewan. Orang yang begini ... yang ngalahin kamu, Aurel?" tanya Rosalia sambil menatap Aurel yang sedari tadi diam saja.
"Gimana bisa?" Rosalia menghujam pertanyaan lagi. "Aurel, sejak kecil kamu punya banyak prestasi. Kamu juga punya banyak peluang mengalahkan anak Nirlangga itu. Tapi kenapa yang ngalahin kamu justru orang yang seperti Airin ini?"
Aurel bingung menjawabnya. Lagian, bagaimana cara merespons? Sementara dia juga tak tahu bagaimana caranya Airin bisa mengalahkannya di peringkat paralel. Bahkan setelah ulangan harian juga, gadis itu semakin naik. Aurel tak pernah melihat apa yang Airin usahakan selama ini. Jadi dia hanya diam di hadapan Rosalia.
"Aurel," panggil Adnan. Rosalia dan Aurel meliriknya bersamaan. "Kamu pernah bilang kalau Airin pernah ketahuan nyontek saat ulangan harian kan?"
Aurel ingat dia pernah mengatakan itu pada Adnan. Keadaan saat itu mendesaknya mengatakan Airin pernah ketahuan menyontek di ulangan harian biologi karena tak mau Adnan mengintimidasinya terus-terusan perihal peringkat yang digeser. Hanya saja, dia tak percaya Adnan akan mengingat perkataan itu dan menyinggungnya sekarang.
"Maaf, kak. Aku nggak yakin," jawab Aurel, setengah menunduk.
Rosalia menyorotkan tatapan intimidasi. Aurel kelihatannya menyimpan banyak hal tentang itu. Tidak mungkin Aurel mau menyembunyikannya dari mereka, bukan?
Esok harinya, Rosalia memutuskan pergi ke SMA Bintang Favorit. Sekolah yang menjadi tempat belajarnya beberapa tahun yang lalu. Salah satu sekolah yang berkualitas di Jakarta yang diakui secara global sampai terakreditas NEASC, melahirkan banyak generasi berprestasi yang selalu disegani masyarakat luar. Sevenor secara turun-temurun mencetak prestasi itu hingga mendapatkan reward yang dinamakan PIN. Di sanalah mereka bisa menyombongkan diri.
Rosalia ingat sekali bahwa tidak ada yang bisa mendapatkan PIN itu selain Sevenor karena seleksinya sangat ketat. Prestasi, test, skor akademik dan non-akademik, semua diperhitungkan. Lantas, sosok seperti Airin Clark—bagaimana mungkin bisa mendapatkannya dengan mudah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Fiksi RemajaSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...