HAPPY READING
...
Arian mengangkat kepala saat alarmnya berbunyi. Dengan cepat dia menon-aktifkan wekernya dan bangun dengan rambut acak-acakan. Alarm itu sudah berbunyi sepuluh kali, tapi Arian baru mengumpulkan rohnya setelah bunyi kesepuluh. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi.
Sebenarnya, Arian sudah biasa melakukan hal itu. Lebih tepatnya sejak pindah, Arian mulai sering bangun kesiangan karena baru bisa tidur pukul lima pagi. Alasan dia melakukan itu hanya karena sibuk menemukan chord yang tepat untuk instrumen yang ingin dia ciptakan. Lagi pula, setelah bangun dia tak punya kegiatan apa-apa di akhir pekan ini. Paling hanya membuat sarapan, memainkan ponsel dan kembali tidur. Kehidupannya sekarang hanya seperti itu.
Setidaknya tak ada wajah Mr. Bee yang setiap Arian keluar kamar selalu tersenyum lebar dan mengekor Arian sampai ke kamar mandi, menjelaskan apa yang harus Arian lakukan setelah bangun dari pagi sampai malam dan menekankan pernyataan:
"Pak Direktur yang menyerahkan tugas ini pada anda, Tuan Muda. Anda dilahirkan untuk misi penting ini."
Sial, kata-kata itu sekarang terngiang dalam benak Arian. Dia segera menggelengkan kepala sekuat tenaga dan menghalau bayang-bayang Mr. Bee, lalu segera beranjak dari tempat tidurnya.
Sebenarnya Arian tidak menyukai kepindahan ini. Banyak hal berbeda yang membuatnya tak nyaman, seperti melakukan homeschooling, les-les lain yang dikirim Morgan agar Arian tidak ketinggalan pelajaran, belum lagi undangan yang dikerahkan Morgan agar Arian bisa menghadiri grand piano di lounge hotel karena para billionaire mengadakan pertemuan di sana membuat Arian berlatih keras menciptakan instrumen buatannya sendiri.
Sebelum itu, Arian mengecek ponselnya. Ada bar notifikasi di sana.
matahari yg dingin:
(share lokasi)matahari yg dingin:
ga usah jemput.Ah, gadis itu ...
Arian mengembuskan napas.
Dia tak lupa, tugas tambahannya lagi adalah menjaga Sunny. Menjaga bukan hanya artian melindungi, tapi juga mengikuti gadis itu ke manapun. Sebenarnya mereka berdua sudah berunding dengan hal ini setelah Morgan menetapkan ke mana mereka akan pindah, beberapa peraturan seperti Arian harus dua puluh empat jam menjaga Sunny ditepis gadis itu.
"Gue nggak mau tinggal bareng lo," kata Sunny. "Gue juga nggak mau lo harus tahu semua kegiatan gue dua puluh empat jam, apa lagi sering ketemu."
Ya, Arian juga setuju. Mana mau dia tinggal dengan seorang gadis, apa lagi sering bertemu dan menjaganya seperti bodyguard. Maka dari itu, mereka yang harusnya tinggal berdekatan malah mengambil jarak jauh. Arian tinggal di kondominiumnya sedang Sunny lebih memilih tinggal di apartement Liana. Peraturan lainnya lagi, Sunny tak mau masuk sekolah manapun. Dia menawarkan homeschooling pada Morgan dan Liana hingga akhirnya Arian ikut-ikutan mengambil homeschooling. Menyebalkan.
Terakhir, Arian punya tugas mengantar-jemput Sunny. Tapi karena Sunny keras kepala dan tak mau sering-sering bertemu Arian, dia pun menolak dan mereka sampai pada kesepakatan sederhana.
"Kalau gitu, lo sharelok aja. Minimal gue tahu lo di mana. Kalau nggak mau dijemput tinggal bilang."
Dan gadis itu melakukannya sekarang.
Arian pun hanya membalas sticker OK dan bergegas mandi sembari memikirkan apa yang ingin dia lakukan di akhir pekan ini daripada memainkan piano. Mungkin melakukan eksperimen camilan di dapurnya yang agak berantakan atau sekedar jalan-jalan berjemur di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Ficção AdolescenteSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...