TEAM: 63: BOOMERANG

102 26 6
                                    

HAPPY READING

...

"Soal Airin Clark, biar aku yang urus. Kita akan bikin namanya turun lagi dari peringkat itu ... atau bahkan didiskualifikasi dari program PIN. Ah, aku dengar Mamanya lagi hamil besar, ya?" (*)

Peringatan itu ... Aurel ingat jelas bagaimana Rosalia telah memperingatkannya tentang apa yang mungkin mereka lakukan pada keluarga Airin. Keluarga Clark telah masuk ke dalam daftar merah mereka karena telah menggeser peringkat Aurel---juga dianggap menyainginya karena terlibat dalam persaingan dengan Adly. Mereka mengira Adly sengaja mengajari Airin untuk semakin melengserkan Aurel dari peringkat. 

Entah apa yang telah mereka lakukan diam-diam, tapi dia yakin kecelakaan yang dialami keluarga Airin ada kaitannya dengan ancaman Rosalia kala itu. 

Airin punya banyak celah untuk bisa diserang, terlebih oleh keluarga yang punya privilege keras di pusat kota. Aurel berusaha meyakinkan kalau keluarganya adalah dalang dari kejadian buruk yang menimpa mereka. Sangat pantas jika mereka dicurigai.

Aurel pun mencari bukti sebelum menuju rumah sakit, menjenguk keluarga Airin. Sayangnya akses ke town house semakin terbatas lantaran Gerald sedang dalam masa penyelidikan, keluarga Rosalia yang dipercayakan menjaga perpustakaan maupun unsur-unsur rumah mereka membuat Aurel semakin tak leluasa. Dia tak punya alasan lagi berkeliaran bebas di rumah mereka karena tak ada yang mempercayainya. 

Baik Aurel maupun Jessy, mereka sudah dianggap sebagai pengkhianat, tak ada tempat lagi bagi mereka di sana.

"HP gue masih disadap, gue udah coba datangin kantor tempat orang tuanya Airin kerja dan tanya-tanya soal CCTV yang rekam kejadian tante kepeleset, tapi pihak kantor nggak izinin gue lihat CCTV-nya," ucap Aurel---ketika menemui Adly di rumah sakit usai menjenguk Arista.

Walaupun tahu kecelakaan bisa terjadi kapan saja, Adly mulai skeptis mendengar pengakuan Aurel tentang ancaman Rosalia. Seketika merasa resah karena beranggapan semua ini belum selesai. Ini salahnya, telah melibatkan Airin dalam persaingan dua keluarga yang dikutuk menjadi rival dan dia tak bisa mencegah hal-hal buruk terjadi pada mereka. 

"Mustahil gue bisa ngumpul bukti. Jadi gue belum bisa pastiin itu benar, tapi gue yakin ini ada kaitannya sama ancaman Rosalia. Gue ingat dia nyinggung kehamilan Mamanya Airin dan mungkin, target mereka selanjutnya ... lo," lanjut Aurel.

Adly berdecih. "Apa yang mau mereka lakuin lagi? Belum puas sama kasus bokap gue?" 

Aurelie menggeleng lemah. "Nggak ada yang bisa nebak apa yang mau mereka lakuin. Belum lagi ke Prity, Leon. Semua anak-anak pemegang PIN masuk daftar mereka."

Adly terdiam. Dia juga tahu semua anggota program PIN akan mendapat giliran setelah kejadian di gedung penghakiman itu. Adly menangkap jelas bagaimana sorotan mata Rosalia yang menunjukkan kebencian dan dendam, seakan ingin membakar sekolah ini bila perlu. Sekarang, dia sudah menghancurkan mereka sedikit demi sedikit. 

Ya, pelan-pelan mereka menjadikan situasi ini memburuk. Melihat keluarga Airin seperti dirundung duka, mengamati bayi dari inkubator yang masih memperjuangkan hidup, sesekali Arista menangisinya. Mungkin wanita itu masih mengalami shock dan trauma atas apa yang terjadi, ditenangi Jean dan Airin yang khawatir bisa berpengaruh buruk pada kesehatannya. 

Pada akhirnya, Adly memberanikan diri menghampiri Jean yang sedang termenung di lorong rumah sakit, membiarkan Airin menemani Arista---sekedar mengajaknya bicara agar wanita itu tak merasa frustrasi berlebihan. Menyadari Adly mendekat, Jean segera memperbaiki posisi duduk dan tersenyum. 

"Nak Adly, pasti agak bosan ya di rumah sakit terus nemenin keluarga om?" canda Jean, sekilas nyengir membuat Adly terdiam. "Maaf ya, akhir-akhir ini jadi suka ngerepotin nak Adly. Hehe."

Team II: Reach The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang