HAPPY READING
...
Entah bagaimana caranya ada mobil mainan di perpustakaan, Gerald yakin sekali ada yang aneh dengan mobil mainan itu. Bisa-bisanya dia menembus ruang rapat dan terjun bebas lewat jendela. Siapa pun yang memikirkan cara masuk ke perpustakaan dengan mobil canggih itu pasti jenius. Para penjaga mengatakan mobil mainan itu milik anak-anak yang masuk kelas Mandarin di paviliun dan mereka menggunakan mobil itu menuju perpustakaan.
Tapi tak mungkin anak-anak yang mengendalikan mobil itu sampai masuk perpustakaan, bukan? jatuh dari lantai dua pula. Saat penjaga menemukan mobil itu di bawah pohon, mereka mulai mengecek dan tak menemukan sesuatu yang aneh di mobil mainan itu.
Penjaga perpus pun diperintahkan menanyakan siapa yang menyuruh mereka memainkan mobil remote itu. Awalnya mereka tak mau mengatakan yang sejujurnya, tapi penjaga memaksa sampai-sampai menelepon orang tua mereka dan akhirnya anak-anak mengaku mobil mainan itu diberi Aurel.
"Kalian nggak boleh deket-deket sama Kak Aurel lagi! Kak Aurel---udah bukan Kakak yang baik, ngerti?"
Anak-anak itu mengerucutkan bibir, sedih atas larangan itu. Setengah tak percaya kalau Aurel dianggap sebagai Kakak yang tidak baik lagi padahal hanya gadis itu satu-satunya orang dewasa yang mau main dengan mereka dan memperlakukan mereka selayaknya anak kecil.
Malam harinya, mereka semua mengadakan perkumpulan keluarga besar dan mengundang Aurel serta Jessy di sana. Walau tak berniat datang, tetap saja mereka dijemput paksa dan mau tak mau harus hadir---menerima penghakiman.
Tagar End of Sevenor masih ramai hingga malam ini, walau keluarga mereka berusaha menghapus satu per satu thread tajam yang muncul tetap saja berita itu naik. Beberapa influencer ikut membantu menaiki tagar itu dengan sindiran-sindiran halus karena tak menyangka keluarga yang terkenal menginspirasi memiliki rahasia kelam di balik karakter suci mereka. Dan itu yang membuat perkumpulan malam ini harus dilakukan.
"Ini hasil didikan kamu, Johan?" tanya Gerald. "Sejak awal Jessy nggak pernah bikin bangga keluarga, anak yang harusnya kamu didik mengalahkan Adly Nirlangga---nyatanya tidak bisa diharapkan. Apa-apaan itu? Dia bohong di kontes robot kemarin? Bah, anak tidak tahu diuntung!"
Wanita yang disinggung hanya bisa menunduk, ikut kecewa dan menahan malu sementara di ruangan ini semua keluarga mulai memberi kode bahwa Johan gagal mengurus dua anak.
Dia menciptakan pemberontak.
"Apa lagi yang bisa diharapkan? Pertemuan besok hanya akan membuat malu nama Sevenor. Mereka berdua pasti akan dikeluarkan dari program PIN, pandangan masyarakat mulai negatif, keluarga kita akan berakhir hanya karena dua anak ini!"
Aurel dan Jessy yang berdiri di hadapan mereka semua jadi pusat perhatian. Dua gadis itu tahu, mereka bingung akan memberikan hukuman apa; pengasingan? Tak mempan lagi, jika mereka melakukannya, mereka sama saja membuktikan omongan Aurel. Apa lagi saat ini berita buruk Sevenor jadi sorotan dan kehadiran Aurel pasti dicari untuk memastikan dia baik-baik saja.
Di sisi lain, Adnan juga khawatir kalau masalah ini akan berpengaruh pada kelulusannya di perguruan tinggi. Bagaimana tanggapan mentornya nanti? Namanya sudah cukup buruk setelah kejadian pagi ini. Dia tak punya muka lagi.
Gerald berdiri, mengelilingi Jessy dan Aurel sembari melemparkan pandangan membunuh. Dua gadis ini punya nyali yang cukup besar jadi pemberontak keluarga, Gerald takkan heran dengan Jessy yang pernah membakar perpustakaan dulu, tapi Aurelie? Cara gadis itu mengkhianati mereka terlalu tajam dan menusuk. Dia bermain lebih licik dibanding Jessy yang terang-terangan.
"Aurel, kenapa kamu memberikan mobil mainan pada anak-anak itu?" tanya Gerald.
Mendengar itu, Aurel mengangkat wajah---tak mau kelihatan takut dengan pria tua yang bicara di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team II: Reach The Stars
Teen FictionSetelah masuk dalam program PIN, Airin baru sadar ia mempertaruhkan banyak waktunya untuk lebih giat belajar. PIN perak adalah motivasinya sekarang. Masalahnya ini bukan hanya tentang PIN perak lagi, tapi tentang menemukan bakatnya di tengah-tengah...